Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

kamu

kemudian, di antara ribuan perhatian kau begitu risau ketika tak kunjung      ku terima telfonmu kau yang begitu galau saat lama      ku balas pesanmu kau yang biasanya marah tanpa sebab      lalu mendiamkanku      lalu mencari keadaanku kau yang pertama, yang membuat getaran itu mengusik setiap malamku yang menyebarkan rindu dalam penat hariku lalu yang aku tanyakan, beranikah kau memintaku untuk menjadi pedamping hidupmu? agatha, 211116

hujan dan seorang pria

ini hanya hujan hanya titik air yang jatuh bersamaan keriangan suara alam walau kadang menyakitkan aku sudah terlanjur jatuh hati tak akan ku dustai diri aku sering bersedih bersama hujan dan hujan tak pernah menyalahkanku hujanlah yang berbaik hati cepat-cepat menggantikan airmataku dengan airnya biar tak banyak mata melihat tangisku biar tenang hati mereka menikmati senyumku aku rindu hujan rindu serbuan ribuan titik air yang menusuk kulitku yang membasahi rambutku aku rindu hujan yang tak pernah ragu membuatku selalu merindukannya seperti sore ini hujan telah bersungguh-sungguh menepati janjinya menjamahku, membuatku basah tapi kali ini airmataku tak keluar aku tak boleh lagi bersedih bahkan pada kehilangan sepedih apa pun semoga riuhnya hujan, mampu menyuarakan rinduku kepadanya kepada seorang pria yang bertambah usia kepada pria yang dewasa kepada pria yang telah membuatku menjadi masa lalu di hidupnya saat ini agatha 151116

bukan (hanya) jadi pelarian (saja)

sudah lama aku tau tentangmu sudah lama juga kau memperhatikanku tapi kita merajut kisah dengan mereka kau dengan kekasihmu aku dengan kekasihku hingga kita bertemu dalam satu kesempatan di satu Kamis malam kala itu berbagi cerita dan tanya kemudian di hari berikutnya kita saling bertanya kabar lebih sering berbagi cerita membuat janji untuk bertemu dan melewati satu hari bersama lalu entah bagaimana ada getar cemburu yang meski pun hanya sepercik namun mampu membakar nyaman yang kau berikan rindu yang kau rasakan pantaskah kita saling menikmati perasaan yang tak kita tau dari mana asalnya salahkah jika kita masih terikat dengan mereka haruskah kita tinggalkan mereka sungguh aku tak ingin meninggalkan dia hanya untuk bisa bersamamu dan ku rasa kau tak akan tega melepasnya untuk bisa bersanding denganku bisakah kau menjelaskan, aku harus bagaimana kita harus seperti apa sungguh, aku telah terjatuh jatuh pada hatimu yang juga menyimpan cinta untuk

aku bertanya

kepada seorang pria, aku bertanya dalam segala bentuk tanda tanya berartikah aku kini di hidupmu atau sedikit saja menjadi penting ketika kau terbakar cemburu pada bekas kekasihku atau kau tak begitu suka aku dekat teman priamu sungguh, di manakah posisiku kini hanya teman, tapi kau selalu bertanya kabar cuma teman, tapi kau begitu perhatian lalu ku anggap siapa kau sekarang teman saja, tapi aku selalu merindukanmu begini saja, tapi kita begitu nyaman menikmati waktu berjalan atau aku yang terlampau berani membuka hati untuk kawan lama yang entah kemana saja dulu kita terpisah kisah atau kau yang tak berani men"status"kan aku dan kamu menjadi kita dalam sepi malam ini, aku masih bertanya agatha:031016

kali pertama

aku tak pernah menangis saat bersamamu karena kau begitu sering membuatku tertawa sampai aku lupa, ada hati yang tersakiti ada seseorang yang juga ingin tertawa karenamu dan saat kau kembali dengannya, atau saat kau sedang membuatnya tertawa mungkin itulah kali pertama aku akan menangis tanpa kau tau agatha:080916

Awan Senja

Berarak kenangan - kenanganku berlalu Tak lagi menangis kini bersua senja Sore tak mampu membuatku kembali pilu Ketika rindu yang dulu tak kunjung mereda Kini,  aku selalu bahagia menanti senja Yang datang dengan gumpalan awan keemasan Hadir ketika rindu butuh pelukan Ada di saat lelah ingin bersandar Awan senja, Pelengkap ketika malam menyapa Teman di kala diri bercerita Tentang fajar, tentang siang Tentang hari yang dilewati Awan senja, Tetaplah menyala dalam jingga kemilau

Kau Tau Harus Kemana

kau pernah menjadi segalanya bagiku dulu aku pernah memberikan segalanya padamu dulu cukup kita saja yang tau dan udara-udara yang pernah menghembusi kita memberikan nafas dalam desah-desah kenikmatan jika kau merindukanku kau tau kemana kau harus berdiam

Hujan, Secangkir Kopi Hitam, dan Piebis Pemberianmu

Senin, di akhir September Senyummu begitu menggoda memoriku Membuatnya kembali merangkum kenangan Dakam setitik rindu yang sudah tak begitu menggebu Ku nikmati saja senyummu yang manis Meski pun tak mampu terpecah tangis Merasakan kembali perih kehilangan Terluka harus melepasmu Dan sore ini, langit menurunkan hujan Derasnya mampu menyamarkan kegalauan Secangkir kopi hitam, tak lebih pahit Ketika aku harus melihat senyum bahagia bersama kekasihmu Dalam sebuah potret kemesraan yang begitu mengusik logikaku Mungkin kau lupa pernah memberiku piebis yang manis Yang hingga sekarang masih bisa aku sisakan Sekedar untuk mengingatkanku, Kau pernah menjadi milikku Sore ini aku ditemani hujan,secangkir kopi hitam,     piebis pemberianmu, dan kenangan saat aku milikmu yang pernah menjadi milikmu,    Agatha

kau cemburu lalu membuatku cemburu

kau terlalu malu mengakui cemburumu sedang aku terlalu sering cemburu kepadamu setiap kali kau membahas temanmu dan aku tertarik, kau sembunyikan cemburumu tapi matamu tak pernah bisa membutakan mataku kau cemburu lalu membuatku cemburu dan kau membalasku dengan membahas mantanmu bukankah kau tau aku tak suka bukankah kau tau aku cemburu jadi tak perlu membuatku seperti itu berceritalah tentang kita tentang aku, tentang kamu bukan tentang masa lalu sehebat apa pun itu

friendzone

kamu pergi ke sana aku pergi ke situ kamu pergi dengan siapa aku pergi dengan siapa orang yang melihat mungkin kebingungan tak apa, abaikan saja mereka pikir kita sebuah kesatuan yang berpasangan mereka kira kita sebuah pasangan tak terpisahkan bukankah kita hanya teman yang terjebak dalam keadaan nyaman nyaman ketika bersama nyaman ketika berdua nyaman ketika diperbincangkan nyaman ketika berbincang tentang kita sudah, sudah tak perlu terlalu dalam dipikirkan bukankah kita memang tak ada apa-apa kita kan cuma sekedar teman

ujung pencarian

tapakilah jalanmu meski sepi walau sendiri kau harus yakin akan ada kebahagiaan setelah kau berhasil melewatinya bukan tentang sepi saat kau berjalan sendiri atau tentang sendiri saat melewati sepi tegaplah dan tetaplah percaya meski kau sendiri dalam kesepian kau bisa menikmati dan mengakhiri ketika kau temukan seseorang di ujung pencarian

berharap tak seberantakan kemarin

ketika akhirnya aku mengakui rinduku dan aku pun tau ada juga rindunya untukku meski pun dia bertahan dalam diam jarak dan pengakuannya setelah pengakuanku ada letupan yang membakar egoku untuk bisa memilikinya lagi dan hatiku begitu berdebar tak seberantakan saat dia meninggalkanku ku harap begini saja karena begini saja bisa membuatku lebih tenang

karena merindukanmu sangat sulit aku bisikkan di telingamu

Dua puluh dua hari. Biasanya gue selalu apal setiap tanggal spesial. Tapi setaun ini, gue terlalu malas mengingat-ingat tanggal – tanggal spesial di hidup gue. Bukan karena hidup gue biasa aja. Tapi justru gue merasa setiap waktu gue itu spesial. And now , gak tau kenapa tiba – tiba gue begitu mengingat tanggal 12 bulan Juli ini. Gue mengakhiri suatu hubungan dengan seorang cowok. Versi gue sih ya tanggal itu. Gue gak peduli juga menurut dia, atau orang – orang, kapan gue kelar punya hubungan sama dia. Dan gue juga tiba – tiba pengen nulis lagi. Buat gue, menulis itu bisa jadi temen bicara di keterdiaman, gue gak perlu ngomong sama siapa pun, gue cuma tinggal nulis aja. Nulis apa aja. Nulis apa yang gue suka. Gak ada yang ngebatesin gue. Gue bebas jadi apa yang gue mau. Gue itu bukan orang yang suka nyimpen perasaan, yang suka mendem apa yang gue rasain. Kalo gue kangen, ya gue bilang kangen, kalo gue gak suka, ya gue bilang gak suka, kalo gue marah, gue juga gak sok baik – ba

cinta ini tulus tapi tak bisa dipaksakan untuk bersanding

akhir yang aku takutkan, terjadi juga di sela kerinduan aku tak pernah bisa bertahan, pada jarak yang membentang hubungan tapi aku bisa bertahan, ketika semua tertuju padamu aku merindu, kau merindu kita pun begitu tau dan rindu itu menyatu, padu ketika raga bertemu bukan untuk mencinta, bercinta hanya untuk saling menatap, menggenggam di akhir waktu kita bersua karena kita memang harus berpisah bukan karena jarak karena kita memang tak bisa agatha 210716

tak mudah melupakan

berakhir sudah berakhir tapi kau begitu tau hati ini masih menyimpan rasa pikiran ini masih menyimpan kenangan dan jika suatu waktu nanti aku merindukanmu mungkin di saat yang sama aku akan datang dalam alam bawah sadarmu sekedar menikmati wajahmu yang bahagia dan memastikan kau baik - baik saja dengan priamu nanti maafkan, karena aku tak mampu menyandingmu tapi aku tau, Dia telah menyiapkan yang lebih baik dariku

kali ini, aku tak akan memaksa hatimu

jika bahagiamu bukan denganku pantaskah aku memaksa hatimu untuk memilihku meski sesungguhnya, aku berharap kau memilihku begitu berharap, hati kita menyatu dalam satu jalan terjawab sudah aku bahagia bersamamu tapi bahagia kita tak bisa satu dan biarkan aku melepaskanmu memberi ruang untuk mimpimu meski pun bukan denganku

bukan di Januari

aku kira, kita bisa lebih lama dari ini berdua meski tak selalu bisa bersama bukankah sudah sejauh revolusi bumi perasaan kita disepadankan asa kita berkejaran dan malam itu begitu kelabu tangisku yang tak ingin melepasmu meluluhkan hatimu untuk tetap bertahan dan malam yang lain datang dengan kelabu sudah tak sederas deraian airmataku yang dulu tapi "aku baik - baik, saja"-ku, membuat kau ingin tetap menggenggamku separuh putaran bumi berlalu setelah malam kelabu kedua yang dipaksakan tak akan pernah bisa dipaksakan malam kelabu yang begitu sendu dua malam yang lalu asa kita yang dulu membara, menyala terang bukan saja redup, tetapi padam kau bisa bayangkan seberapa hancurnya perasaanku ku kira tak perlu sejauh itu kau sendiri juga merasakan bagaimana menjadi keping-keping yang remuk entah karena tau semua pasti akan berakhir atau karena aku telah berserah aku menerima keputusanmu dengan senyum dengan lapang yang

pecahkan saja gelasnya !

pecahkan saja gelasnya ! bukankah kita tak akan lagi bersama tak akan ada waktu untuk menikmati kopi berdua untuk apa kau simpan gelasnya bukankah kita sudah berpisah tak akan terpakai lagi gelas itu untuk apa aku simpan gelasnya bukankah kita sudah berpisah tak akan tersesap lagi kopi dari gelas itu pecahkan saja gelasnya ! biar terserak tercecer setiap kenangan yang tersimpan dalam gelas itu pecahkan saja gelasnya ! pecahkan ! biar aku tak begitu sakit ketika harus melupakanmu iya. . . pecahkan saja ! aku mohon

L D R

Hanya rindu yang bisa ku tahan Sayangku terlalu  kuat mengalir Tak mengapa jarak membentang Karena akan ada waktu kita bersama Meski tak selama purnama berputar Tapi malam itu cuma milik kita Aku, kamu, dan kepingan-kepingan rindu Bertahanlah sayang Yang kita perjuangkan memang tak semudah yang selalu terus bersama Sayangmu dan sayangku, setiamu dan setiaku, percayamu dan percayaku Apalah artinya jarak memisah, jika seutuhnya diriku milikmu, seutuhnya dirimu milikku Tak perlu mengiba pada mereka yang selalu menghabiskan malam minggu bersama Jangan rendah diri melihat mereka yang berjalan bergandengan Malamku hanya untuk mengumpulkan rindu padamu Dan meski tanganku tak bisa menggenggam tanganmu, hatiku mendekap sepimu Sayangku tak bisa berhenti mengalir Sayangku terlalu kuat untuk bisa aku tahan Tersenyumlah sayang, dan kita akan baik-baik saja

hanya mantan kekasih

mantan kekasih, yang tak bisa melupakanku mantan kekasih, yang telah berdua, tapi masih menyimpan rasa untukku mantan kekasih, yang menyayangi kekasihnya, pun denganku mantan kekasih, yang dalam bahagianya, begitu terpuruk karena telah meninggalkanku mantan kekasih, ahh. . . kau hanya mantan kekasih yang pernah ku perjuangkan dulu tapi kau melepasku mantan kekasih, sudahlah, lupakan saja aku, kita, dan kenangan di antaranya seburuk apa pun keadaanku kini atau nanti, aku tak mungkin mau kembali dalam pelukanmu tha200616

kekasih dalam diam

aku mencintaimu dengan caraku dalam diam yang ku sembunyikan dari kekasihku aku merindukanmu dengan caraku dalam sepi hati yang kurasakan meski bersama kekasihku tetaplah kau diam saat menatapku ketika aku di samping kekasihku tataplah terus aku meski bersama kekasihku meski kau hanya bisa diam kau dan aku, hanya saling mencinta dalam diam

sebentar saja bertemu, bisa ?

bisakah kita bertemu sekali saja sebentar saja aku ingin berbicara sedikit saja seringkas mungkin tak ada rasaku untukmu bukankah kita hanya perselingkuhan sementara yang tak begitu peduli akan masa depan maka biarkan saja kecupan-kecupanmu tersimpan dalam memori tembok kamarku dan abaikan saja pelukan-pelukanmu yang diingat bahu tangguhku ingatlah saja, aku perempuan tangguh yang bisa meruntuhkan setiamu

aku bisa apa ?

aku merindukanmu merindukan saat kau merindukanku merindukan saat kau memelukku merindukan saat kau mengecupku aku merindukanmu ketika kau dengan yakin, pernah berikrar, akulah pendampingmu       sampai akhir waktumu tapi, aku hanya sendiri kini bahkan belum sampai aku mendampingimu aku tau kau tak pergi aku tau kau tak lari hanya keyakinanmu dulu, sebentar saja agatha 250516

Perempuan Pujaan

mungkin karena merindukanmu atau mungkin karena terlalu merindukanmu aku hanya diam atau berdiam dalam diam aku merindukanmu dalam diam terlalu merindukanmu dalam keterdiaman sedang kau, bisa saja dengan yang lain dengan lelaki yang tak hanya diam dalam diamku, aku mengkhawatirkanmu dalam diamku, aku mendoakanmu dalam tawamu, mereka menggodamu dalam tawamu, mereka hanya ingin mencumbumu semoga kau tau, mengapa aku diam aku terlalu takut menyentuhmu takut menyakitimu dan dalam diamlah, aku bisa leluasa mencintaimu perempuan pujaanku

bahagia pun butuh perjuangan

Jika kau pikir aku menyerah,      kau salah Aku hanya berjuang untuk bahagia,      meski harus melepaskan dia Memang sulit berjalan sendiri,      harus ku paksakan Tapi tak akan ku biarkan dia di sini,      bersamaku      jika itu bukan kehendakNya Cinta memang harus diperjuangkan,      namun bukan dengan keegoisan ara, 210416

demi bahagiamu

Hidup memiliki banyak pilihan Dan pilihanku saat ini,      adalah membiarkan kau bahagia      meski pun tidak denganku Walau aku harus menangis      di setiap malam – malamku Walau ada bagian di hatiku,      yang begitu perih melepasmu Jika di sana ada bahagiamu,      kejarlah Doakan saja, aku juga mengejar bahagiaku      meski pun tidak denganmu Saat kita berdua telah bahagia,      meski tak bersama      maka syukurilah, kita pernah bertemu      kita pernah hebat di saat lalu ara, 210416

aku tunggu kabarmu

aku menunggu suaramu di sudut telingaku meski pun jauh di sana tapi terdengar dekat lewat telepon aku menanti obrolan seru denganmu  tanpa harus aku yang lebih dulu memulai tak harus aku dulu yang mengirim pesan entahlah berbagi cerita denganmu membuatku lebih bersemangat kau menciptakan dunia kita sendiri yang hanya ada aku dan kamu kau menciptakan zona kita sendiri yang cuma untuk kamu dan aku aku merindukanmu dalam tawa dan canda aku tunggu kabarmu

Lelaki yang Meminta Maaf

Lelaki datang membawa sebungkus maaf Maaf yang tak pernah dimengerti perempuan Kesalahan apa yang telah diciptakan Hingga merendah penuh penyesalan Perempuan tak menahu Perempuan mencari tau Lelaki hanya meminta maaf kepada perempuan Ada rahasia yang disembunyikan dari perempuan Maafnya menggantung menanti penjelasan Perempuan masih bertanya di lubuk hati,      kesalahan apa hingga maaf lelaki terdengar sendu Keduanya diam dalam bisu Dan bisu yang menyimpan segalanya

Jumat, malam ini

Aku menaburkan daun teh kering di satu – satunya gelas yang aku punya Menuangkan air yang tak begitu panas, kemudian Mengambil batang rokok terakhir dan menyulutnya Menikmati nikotin yang lama tak berjumpa dengan penatku Jarimu berlalu menjelajah hidungku dan bermain lama di bibirku Memaksa nafsuku yang memuncak, tertahan Tubuhmu merapat mendekap mengeratkan pelukan Tanganmu mengusap punggungku, beriring dengan kecupan dan desahanmu di telingaku Kepulan asap dari mulutku membaur tak jelas ke udara Nafasku tertahan, menahan nafsuku Kecupanmu begitu menggoda, menantang bibirku Kau tenggelamkan birahiku dalam kenikmatan dunia Yang hanya ingin ku dapat dari kejantananmu Biarkan peluhku mengurai bersama engahan nafas Dan akan ku biarkan lelahmu berbaring di sampingku Apalagi yang bisa kita nikmati saat ini Rokok terakhir tak bersisa Aku sudah bahagia, meski hanya bisa memelukmu Tertidur dalam lelap di pelukanmu Kemudian, kita terpejam hingga pag

cukup kita berdua saja yang tau, kita saling memuja

kita sering berbicara tentang aku kita sering berbicara tentang kamu kita sering berbicara tentang kita tapi kita luput membicarakan dia dia yang menjadi milikmu dia yang menjadi milikku kebiasaan kita yang berawal dari ketidakbiasaan, sudah menjadi biasa ketidakbiasaan yang awalnya biasa, menjadi tak biasa aku candumu kamu canduku kita tertawa dalam bahagia yang sama kita berencana dalam rencana yang sama kita merindu dalam kerinduan yang sama tanpa dia tanpa sepengetahuan dia senyummu seperti senyumku riangku seperti riangmu egomu seperti egoku dan pada akhirnya, kebahagiaan ini adalah milik kita saja tanpa diamu, tanpa diaku dan tanpa mereka yang pernah tau atau pun mereka yang tak pernah tau kita saling memuja

akulah sang mantan !

kau bertanya seberapa aku dekat dengan kekasihmu ku jawab seperti ini, aku dan dia memang tak pernah sedekat ketika kau bersandar di pundaknya aku dan dia memang tak seserasi ketika tangannya menggenggam tanganmu aku dan dia memang tak pernah seintim ketika dia mencumbu mesra bibirmu aku dan dia memang tak seteduh saat matamu memandang wajahnya tapi pernahkah kau tau, aku dan dia saling merindukan, bahkan untuk rindu yang tak pernah tersampaikan kata aku dan dia saling mengingatkan, mengingat bahwa kisah kita adalah rahasia kita aku dan dia saling berharap, akan ada satu waktu, kita bersama meski tak lama aku dan dia saling menunggu, saat di mana kita mengungkapkan rindu dalam pelukan, berbagi rahasia lewat kecupan, dan saling menggenggam saat berpandangan entah kapan itu, tapi aku dan dia masih sabar menunggu ribuan jarak memisahkan kita, tapi percikan rasa menyulut berjuta kenangan yang sudah terlewat tapi tak akan pernah terlupakan

itu khilafku

sudahkah tenang hatimu setelah semalam tak sengaja ku abaikanmu sungguh tak bermaksud diri menduakanmu tak pernah ku tau sebelumnya kau tak begitu senang aku membiarkan seseorang membuyarkan pikiranku tentangmu kau hanya ingin waktu kita untuk kita sudahlah lupakan saja dan maafkan khilafku semoga nanti kau masih berkenan berbagi kabar hanya denganku

Feelings part 2

bisa baca dulu part 1 -nya kalo belom sempet baca http://aghasenja.blogspot.co.id/2016/01/feelings-part-1.html Ardian menarik tanganku lembut dan secara tidak langsung memberitahukan ke orang – orang yang bergerombol, bahwa aku kekasihnya. Aku kaget tapi tak bisa berkata memberikan pembenaran. Kenyataannya memang aku kekasihnya. Ardian menggandengku dan membenamkan kepalaku dalam dekapannya. Menuntun langkahku untuk masuk ke ruangannya. Sinta memandangku sinis. Aku berlalu tanpa berbasa – basi dengan sekretaris Ardian, yang notabene sahabat Mila. “Kenapa lu bilang ke orang – orang,” tanyaku menjurus ke Ardian setelah pintu ruangannya tertutup. Aku duduk di sofa untuk tamu. Ardian mengikuti. Dan duduk di sampingku. “Cepat atau lambat, mereka juga akan tau kan, gimana hubungan kita. Nggak usah terlalu kamu pikirin ya, Sayang,” dia membalas santai sambil mengusap kepalaku. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Aku merogoh saku celana, bermaksud mencari ponselku. Tapi aku lupa

Kekasih, aku tak bisa melepasmu

Kemudian, di antara dekapan – dekapan mesranya Begitu hambar wajahku disesaki kegalauan Air mataku pun riuh menjatuhkan diri ke bumi Bercerita tentang kesedihan yang tersimpan begitu rapih Diangkatnya wajahku pelan, perlahan Dan dengan lembut disentuhnya bibirku yang bergetar Hendak ingin menyicip pilu yang tertinggal di ujung sana Merasakan kegetiran takut kehilangan Nafas memburu bersama kecup demi kecup bibirnya Dieratkannya pula dekapan, dan ku sesakkan lagi tubuhku di raganya Menikmati keintiman di sela kepedihan Kesakitan ini, kita nikmati berdua Hanya berdua Bukan karena siapa, tapi kita lah yang mencipta

ku harap hujan tak pernah datang

aku dulu begitu menikmati hujan ketika hatiku tak sekeras ini aku dulu begitu menyukai saat rintiknya menetes,      membasahi bumi ketika hatiku sedang menjatuhkan pilihan padanya aku dulu sering meluangkan waktu menatap hujan ketika hatiku selalu bersemi cinta akan seorang manusia sampai saat aku begitu yakin akan cintaku ketika aku tau, telah benar-benar jatuh padanya di waktu ku pikir, cintanya akan terus bersemi hujan merebutnya dariku mengambil paksa dari hidupku ketika dia ingin memberi jawaban atas pernyataanku ketika dia akan menyiapkan hatinya untukku terjatuh dalam cintanya ketika dia hampir mengucapkan janji untuk terus menyemikan hatiku ketika itu, hujan lah yang memilikinya hujan membunuhnya menghancurkan segala miliknya dan aku begitu membenci hujan

lelaki yang tak begitu ku rindukan, tapi tak juga tak ku rindukan

kemudian kau terlihat, menyunggingkan senyum menatap mataku dan membiarkan aroma parfummu menggairahkanku andai bisa lebih lama kita bersama siang itu aku ingin mengecup ujung telingamu dan berbisik, "cumbu aku sesuka nafsumu" lalu akan aku biarkan perkasamu meluluhlantakkan kerinduan desahan kenikmatanku hingga kita terbaring dalam kelelahan berpeluh berpeluk berdua

Perempuan yang Harus Mengikhlaskan Janji Lelaki

kau harus bisa merelakan apa yang tak bisa disatukan manusia entah karena suatu hal atau beberapa hal yang mungkin tak begitu baik bila bersama di saat kau pikir ini ketidakadilan itu hanya ketakutanmu akan kesendirian hatimu kuat bahkan seharusnya lebih kuat dari saat ini saat di mana kau tak lagi diberi harapan untuk berharap ketika kau tak diberi kesempatan memperjuangkan perasaanmu hatimu tangguh lebih tangguh dari waktu ini waktu di mana luka-luka hatimu tersiram cuka ketika kau tetap tersenyum menahan perih yang tertoreh atas manusia yang kau sayangi lalu aku bisa apa aku tak setegar hatimu yang tetap mencintai dalam ketiadaan hubungan yang tetap memuja meski telah diabaikan  yang tetap menjaga dalam jarak yang tak dikira aku bisa apa selain berterimakasih karena kau mengajarkan cinta itu tak selamanya akan setindak dengan ingin kita karena kau menjadikanku manusia bermakna, yang selalu kau rindukan terimakasih perempuan

Menunggu Pagi

Aku menunggu malam berganti pagi Aku menanti pagi dan kabar darimu Lalu hendak ku tanyakan kepadamu Tentang cerita malam ini, yang mungkin kau lewatkan Begitu sendu dan menyentuh kalbu Tapi bukan buatku Entahlah, Ada hati yang merasa tersakiti olehku Bukan aku tak mau mengerti bagaimana perasaannya Bahkan aku tak menahu tentang cemburunya atasku Merebut hatimu saja tidak pernah terniat oleh sadarku Ku biarkan saja malam merenggut nyamanku Biarkan saja tak nyenyak mimpiku kali ini Biar esok, kau yang memberi penjelasan atas sangkaan kekasihmu

kepada : yang menginginkanku

kau pernah ucapkan niatmu ingin menjadi bagian dari hidupku bermaksud menjadikanku pemilik hatimu namum tak mudah aku mengiyakanmu tak lagi muda kita bukan waktu bercanda tentang jodoh usah terburu mengajakku bersanding temui saja dulu orang tuaku restu mereka, itulah jawaban

Biasa yang Tak Biasa

kita pernah ada di satu waktu yang tak biasa di saat kau berdua dan aku sendiri lalu kita terbiasa dengan yang tak biasa membiasakan menanyakan kabar terbiasa mengingatkan memberi kabar hingga yang tak biasa, menjadi biasa kemudian kita ada di satu sisi yang tak biasa ketika kau merasa memilikiku dan aku menganggap kamu kekasihku entahlah. . . bukankah kita sudah terbiasa dengan yang tak biasa dan membiasakan hal yang tak biasa menjadi biasa ahhh. . . rasanya kita perlu mengisi pikiran kita dengan hal yang biasa karena kita terlampau sering menjalani hubungan,    yang tak biasa agatha tbrm020216

Dekade

Aku sedang mengantri dalam sebuah barisan kasir yang cukup panjang. Aku terus mengutuk kakakku, Evan, karena dialah penyebab aku masih terjebak dalam kerumunan pecinta makanan cepat saji. Masih ada empat orang di depanku. Dan kelelahanku berdiri akan berakhir. Ponselku bergetar. “Dek, lu masih lama nggak ngantrinya ? Masih berapa orang di depan lu sekarang,” suara Evan yang terdengar dari ponselku terkesan santai dan tanpa dosa. “Masih ada empat nih, Bang. Lu nggak usah bawel deh. Gue uda capek banget ini,” balasku dengan kesal. “Nah justru itu. Lu balik aja gih. Edo ke sini. Dia bawain. Persis sama yang gue pesenin ke elu. Hehee. . . lu balik aja ya, Dek,” Evan menahan tawanya. Tak tega sebenarnya. Aku langsung memutus panggilannya. Mengambil nafas panjang dan keluar dari barisan. Evan dan Edo tertawa tak sopan saat aku memasuki rumah. Aku hanya berjalan cuek dan tak menghiraukan mereka. “Kucel banget sih muka lu, Rin. Abis diapain lu,” celetuk Edo lalu disambung dengan t

Bahagiamu

Kau banyak menyimpan cerita yang ingin ku dengar Aku masih ingin lebih lama bersamamu Masih memiliki gejolak untuk memilikimu Tapi aku menyadari siapa diriku Dan di mana aku berdiri Rasanya tak pantas aku di sana Menjadi bagian dari kebimbangan hatimu Maka ku biarkan mimpiku punah Aku biarkan sedihku musnah Demi bahagiamu Dengan pilihan hatimu