Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Dekade

Aku sedang mengantri dalam sebuah barisan kasir yang cukup panjang. Aku terus mengutuk kakakku, Evan, karena dialah penyebab aku masih terjebak dalam kerumunan pecinta makanan cepat saji. Masih ada empat orang di depanku. Dan kelelahanku berdiri akan berakhir. Ponselku bergetar. “Dek, lu masih lama nggak ngantrinya ? Masih berapa orang di depan lu sekarang,” suara Evan yang terdengar dari ponselku terkesan santai dan tanpa dosa. “Masih ada empat nih, Bang. Lu nggak usah bawel deh. Gue uda capek banget ini,” balasku dengan kesal. “Nah justru itu. Lu balik aja gih. Edo ke sini. Dia bawain. Persis sama yang gue pesenin ke elu. Hehee. . . lu balik aja ya, Dek,” Evan menahan tawanya. Tak tega sebenarnya. Aku langsung memutus panggilannya. Mengambil nafas panjang dan keluar dari barisan. Evan dan Edo tertawa tak sopan saat aku memasuki rumah. Aku hanya berjalan cuek dan tak menghiraukan mereka. “Kucel banget sih muka lu, Rin. Abis diapain lu,” celetuk Edo lalu disambung dengan t

Bahagiamu

Kau banyak menyimpan cerita yang ingin ku dengar Aku masih ingin lebih lama bersamamu Masih memiliki gejolak untuk memilikimu Tapi aku menyadari siapa diriku Dan di mana aku berdiri Rasanya tak pantas aku di sana Menjadi bagian dari kebimbangan hatimu Maka ku biarkan mimpiku punah Aku biarkan sedihku musnah Demi bahagiamu Dengan pilihan hatimu

kepada kekasih

ketika semburat senja perlahan menghilang menggantikan terang hari ke redup malam menyisakan nafas perjuangan jejak keringat masih terlalu lama waktu menyiratkan kilau pagi untuk apa jika tak bisa mendesah dan menyesapi nikmatnya purnama bersamamu aku kesepian, aku sendiri, dan aku tak suka jika memang kau pelihara rasa, pulanglah buatlah aku menikmati cumbuanmu, di purnama kedua

Feelings part 1

“Kalau Anda sudah menjadi seseorang yang tanpa cela, silahkan maki saya,” Tere berbicara dengan tegas dan menantang. “Kamu berani sama saya,” tanya lelaki yang sekarang sedang memimpin rapat. Wajahnya merah setelah kalimat sindiran yang begitu menohok dari Tere. Semua orang yang ada di ruang rapat, yang tak kurang dari sepuluh orang itu, hanya diam. Kecuali mulut Tere yang sedari awal rapat begitu kerap mengkritik kinerja pimpinan perusahaan. Yang baru tiga bulan dipimpin oleh seorang lelaki tampan dari klan Sudibyo. “Silahkan cek di daftar absen saya. Apa saya pernah datang lebih dari jam sepuluh ? Apakah saya pernah pulang sebelum jam dua belas ? Kalau Anda ingin membela diri dengan mengatakan, Anda pimpinan perusahaan, apakah Anda peduli dengan keterlambatan pembayaran gaji para karyawan ? Anda pimpinan, tapi tidak bisa menjalankan tugas Anda sebagai seorang pemimpin. Bahkan untuk mendapatkan persetujuan Anda tentang pengajuan gaji bulan ini, bagian keuangan harus menunggu se

mantanmu masa lalumu, kau masa depanku