Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Perempuan Pujaan

mungkin karena merindukanmu atau mungkin karena terlalu merindukanmu aku hanya diam atau berdiam dalam diam aku merindukanmu dalam diam terlalu merindukanmu dalam keterdiaman sedang kau, bisa saja dengan yang lain dengan lelaki yang tak hanya diam dalam diamku, aku mengkhawatirkanmu dalam diamku, aku mendoakanmu dalam tawamu, mereka menggodamu dalam tawamu, mereka hanya ingin mencumbumu semoga kau tau, mengapa aku diam aku terlalu takut menyentuhmu takut menyakitimu dan dalam diamlah, aku bisa leluasa mencintaimu perempuan pujaanku

bahagia pun butuh perjuangan

Jika kau pikir aku menyerah,      kau salah Aku hanya berjuang untuk bahagia,      meski harus melepaskan dia Memang sulit berjalan sendiri,      harus ku paksakan Tapi tak akan ku biarkan dia di sini,      bersamaku      jika itu bukan kehendakNya Cinta memang harus diperjuangkan,      namun bukan dengan keegoisan ara, 210416

demi bahagiamu

Hidup memiliki banyak pilihan Dan pilihanku saat ini,      adalah membiarkan kau bahagia      meski pun tidak denganku Walau aku harus menangis      di setiap malam – malamku Walau ada bagian di hatiku,      yang begitu perih melepasmu Jika di sana ada bahagiamu,      kejarlah Doakan saja, aku juga mengejar bahagiaku      meski pun tidak denganmu Saat kita berdua telah bahagia,      meski tak bersama      maka syukurilah, kita pernah bertemu      kita pernah hebat di saat lalu ara, 210416

aku tunggu kabarmu

aku menunggu suaramu di sudut telingaku meski pun jauh di sana tapi terdengar dekat lewat telepon aku menanti obrolan seru denganmu  tanpa harus aku yang lebih dulu memulai tak harus aku dulu yang mengirim pesan entahlah berbagi cerita denganmu membuatku lebih bersemangat kau menciptakan dunia kita sendiri yang hanya ada aku dan kamu kau menciptakan zona kita sendiri yang cuma untuk kamu dan aku aku merindukanmu dalam tawa dan canda aku tunggu kabarmu

Lelaki yang Meminta Maaf

Lelaki datang membawa sebungkus maaf Maaf yang tak pernah dimengerti perempuan Kesalahan apa yang telah diciptakan Hingga merendah penuh penyesalan Perempuan tak menahu Perempuan mencari tau Lelaki hanya meminta maaf kepada perempuan Ada rahasia yang disembunyikan dari perempuan Maafnya menggantung menanti penjelasan Perempuan masih bertanya di lubuk hati,      kesalahan apa hingga maaf lelaki terdengar sendu Keduanya diam dalam bisu Dan bisu yang menyimpan segalanya

Jumat, malam ini

Aku menaburkan daun teh kering di satu – satunya gelas yang aku punya Menuangkan air yang tak begitu panas, kemudian Mengambil batang rokok terakhir dan menyulutnya Menikmati nikotin yang lama tak berjumpa dengan penatku Jarimu berlalu menjelajah hidungku dan bermain lama di bibirku Memaksa nafsuku yang memuncak, tertahan Tubuhmu merapat mendekap mengeratkan pelukan Tanganmu mengusap punggungku, beriring dengan kecupan dan desahanmu di telingaku Kepulan asap dari mulutku membaur tak jelas ke udara Nafasku tertahan, menahan nafsuku Kecupanmu begitu menggoda, menantang bibirku Kau tenggelamkan birahiku dalam kenikmatan dunia Yang hanya ingin ku dapat dari kejantananmu Biarkan peluhku mengurai bersama engahan nafas Dan akan ku biarkan lelahmu berbaring di sampingku Apalagi yang bisa kita nikmati saat ini Rokok terakhir tak bersisa Aku sudah bahagia, meski hanya bisa memelukmu Tertidur dalam lelap di pelukanmu Kemudian, kita terpejam hingga pag

cukup kita berdua saja yang tau, kita saling memuja

kita sering berbicara tentang aku kita sering berbicara tentang kamu kita sering berbicara tentang kita tapi kita luput membicarakan dia dia yang menjadi milikmu dia yang menjadi milikku kebiasaan kita yang berawal dari ketidakbiasaan, sudah menjadi biasa ketidakbiasaan yang awalnya biasa, menjadi tak biasa aku candumu kamu canduku kita tertawa dalam bahagia yang sama kita berencana dalam rencana yang sama kita merindu dalam kerinduan yang sama tanpa dia tanpa sepengetahuan dia senyummu seperti senyumku riangku seperti riangmu egomu seperti egoku dan pada akhirnya, kebahagiaan ini adalah milik kita saja tanpa diamu, tanpa diaku dan tanpa mereka yang pernah tau atau pun mereka yang tak pernah tau kita saling memuja

akulah sang mantan !

kau bertanya seberapa aku dekat dengan kekasihmu ku jawab seperti ini, aku dan dia memang tak pernah sedekat ketika kau bersandar di pundaknya aku dan dia memang tak seserasi ketika tangannya menggenggam tanganmu aku dan dia memang tak pernah seintim ketika dia mencumbu mesra bibirmu aku dan dia memang tak seteduh saat matamu memandang wajahnya tapi pernahkah kau tau, aku dan dia saling merindukan, bahkan untuk rindu yang tak pernah tersampaikan kata aku dan dia saling mengingatkan, mengingat bahwa kisah kita adalah rahasia kita aku dan dia saling berharap, akan ada satu waktu, kita bersama meski tak lama aku dan dia saling menunggu, saat di mana kita mengungkapkan rindu dalam pelukan, berbagi rahasia lewat kecupan, dan saling menggenggam saat berpandangan entah kapan itu, tapi aku dan dia masih sabar menunggu ribuan jarak memisahkan kita, tapi percikan rasa menyulut berjuta kenangan yang sudah terlewat tapi tak akan pernah terlupakan

itu khilafku

sudahkah tenang hatimu setelah semalam tak sengaja ku abaikanmu sungguh tak bermaksud diri menduakanmu tak pernah ku tau sebelumnya kau tak begitu senang aku membiarkan seseorang membuyarkan pikiranku tentangmu kau hanya ingin waktu kita untuk kita sudahlah lupakan saja dan maafkan khilafku semoga nanti kau masih berkenan berbagi kabar hanya denganku

Feelings part 2

bisa baca dulu part 1 -nya kalo belom sempet baca http://aghasenja.blogspot.co.id/2016/01/feelings-part-1.html Ardian menarik tanganku lembut dan secara tidak langsung memberitahukan ke orang – orang yang bergerombol, bahwa aku kekasihnya. Aku kaget tapi tak bisa berkata memberikan pembenaran. Kenyataannya memang aku kekasihnya. Ardian menggandengku dan membenamkan kepalaku dalam dekapannya. Menuntun langkahku untuk masuk ke ruangannya. Sinta memandangku sinis. Aku berlalu tanpa berbasa – basi dengan sekretaris Ardian, yang notabene sahabat Mila. “Kenapa lu bilang ke orang – orang,” tanyaku menjurus ke Ardian setelah pintu ruangannya tertutup. Aku duduk di sofa untuk tamu. Ardian mengikuti. Dan duduk di sampingku. “Cepat atau lambat, mereka juga akan tau kan, gimana hubungan kita. Nggak usah terlalu kamu pikirin ya, Sayang,” dia membalas santai sambil mengusap kepalaku. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Aku merogoh saku celana, bermaksud mencari ponselku. Tapi aku lupa