Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

It's About Love

Don’t ever write another story in a same novel. Aku membaca tulisan ini sebagai private message seseorang. Agak tergelitik untuk tau lebih detail apa yang ingin dia sampaikan. Dan penjelasannya adalah seperti ini, Jangan pernah mencintai dan merajut kisah dengan seseorang yang sudah memiliki tambatan hati, walau sebenarnya orang yang kita cintai menerima kita namum belum bisa sepenuhnya. Banyak pihak yang akan tersakiti. Bukankah sebuah novel itu akan lebih menarik jika di dalamnya terdapat konflik di antara tokoh-tokohnya. Bukankah novel akan terasa membosankan, jika dari awal kita membaca, sampai cerita berakhir hanya bercerita tentang sesuatu tanpa konflik. Apa menariknya sebuah novel tanpa konflik. Mencintai adalah hak asasi. Seharusnya tidak ada yang bisa mengatur perasaan kita. Perasaan itu bukan benda mati. Perasaan itu tumbuh. Dan seharusnya bertumbuhnya perasaan itu, dibarengi kesehatan logika. Biasanya, kecepatan tumbuh suatu perasaan bisa mengubah seseorang menjadi

Pilihan Sang Perempuan

Jangan pernah memberiku rasa Karena aku mudah jatuh cinta Jangan pernah memberiku dusta Karena aku mudah percaya Aku adalah pria Sedangkan kau wanita Kau dengan mudah memberi sepercik perhatian Lalu aku dengan cepatnya melahap menjadi perasaan Kemudian kita saling bertukar salam Bertegur sapa lewat pertemuan Menanyakan kabar dan keadaan Hingga merasa saling berikatan Lalu kepada siapa harus menyalahkan adanya persimpangan Jika kau di sana ternyata telah bersanding Aku sendiri tak tau kau berpendamping Terlenakah kau saat mencari tenang dan nyaman Haruskah diakhiri jika berada pada titik seperti ini Kau miliknya Aku pun merasa memilikimu Dan kau, berdiri pada kebimbangan hati Sudahi saja kisah ini Demi bahagiamu dengannya Atau, inginkah kau berlari denganku Mengejar kebahagiaan kita sendiri Berdua, hanya kau dan aku Putuskan ! Sebelum aku benar-benar pergi dan menghilang Dalam pandangan dan ingatan Hai, Perempuan

Sehari, Kembali Jatuh Cinta Kepadamu

Malam mengantarkan kita pada perjumpaan Setelah enam revolusi bumi Dingin seakan tertahan Ketika jemarimu menyatu dengan jemariku Dan udara sang kelam seakan hanya lalu Rindumu, rinduku, menyatu Dalam perjalanan melintasi berkilo jarak Kenangan dulu saat berpeluk di atas dua roda, kembali menyeruak Gelora asmara, entah siapa di antara yang menyulut Meski indah surya, harus tertutup kabut Hangatmu masih sama ketika memelukku Ketika kaki menapak di Ranukumbolo Kau pernah jadi mimpiku Aku pernah jadi angan masa depanmu Tapi di sinilah kita saat ini Berdiri dalam sisa kepingan masa lalu Yang mencoba menyusun kembali Mengutuhkan lagi meski hanya untuk sehari Kau priaku, yang meski telah berlalu Kisah dan cerita kita Pernah mengukir bait-bait indah Aku tau ini hanya sehari Kembali jatuh cinta kepadamu Walau hanya sehari Dan harus sehari, saja

Antara Aku, Kau, dan Istrimu

Antara aku dan kamu, terikat satu rasa yang entah apa namanya Antara kamu dan istrimu, terucap janji sumpah setia Antara aku dan istrimu, terlalu mencintaimu sepanjang nyawa Apakah aku salah menyimpan rasa yang entah itu Apakah aku salah mengungkap rindu menderu Sedangkan kamu tak pernah berhenti mencari kabarku Kamu tak pernah bosan bertanya tentang rasaku Istrimu memiliki raga dan waktumu Pun aku, yang juga berhak menjamah raga dan melewatkan waktu Meski sekedip mataku Pernahkah istrimu bertanya, Siapa wanita yang ada di hatimu ? Siapa wanita yang memayoritaskan pikiranmu akannya ? Siapa wanita yang dalam gelapnya merindukan hadirmu ? Kamu bisa berlari menjauh demi janji sumpah setiamu Mendiamkanku seakan aku hanyalah kesalahan yang ingin kamu sudahi Tapi benarkah kamu bisa tanpa aku Aku jelas tak bisa tanpa kamu Karena nafasmu adalah oksigenku Karena detakku adalah degupmu Kita saling membutuhkan, meski pun kita tau Itu kebutuhan yang salah

Jika Aku Tak Lagi Kau Anggap

Aku ini siapa buatmu Aku ini apa di hidupmu Aku ini seberarti apa untukmu Apa seberarti dia menganggapku Apa seperti dia mengerti adaku Aku pasanganmu Aku teman hidupmu Harusnya kau yang memperhatikanku (Bukan dia) Harusnya kau yang menemani setiap nafasku (Bukan dia) Harusnya kau yang menjadi mimpi di lelapku (Bukan dia) Terkadang aku berpikir Siapa yang pantas aku miliki Dirimukah yang tak menganggapku Atau dirinya yang pernah menjajah sekeping hatiku Dengan cerita masa lalu yang terangkai Bisa saja aku pergi Jika aku tak lagi kau anggap Sebagai pasanganmu

Aku Rindu Bintang, Tapi Duniaku Terkepung Bulan dan Matahari

Sedang di sana kau merindukan adaku Yang bersibuk dengan sinar matahari Yang senang menikmati terang bulan Di sana kau mengharap tatapku Berharap merindukan juga kilauanmu Tapi duniaku kini penuh dengan bulan dan matahari Entah mengapa kau terlupa Mungkin kau berlindung di balik mendung Atau mungkin aku terbuai Aku rindu bintang Tapi duniaku terkepung terang bulan dan sinar matahari Kilaumu begitu redup Hingga tak terlihat lewat mataku Atau perlukah aku sendiri Agar mampu sadari adamu di sepanjang malamku