Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

perempuan berjudul rindu

apa kabar kamu ? sudah tersimpan rindumu untukkukah ? atau kamu masih biasa saja melewati hari tanpa menatap mataku ahh.. aku tau kamu pasti tersipu, membuang muka atau malah cemberut lalu mengataiku, "kamu nyebelin" atau yang menggemaskan, kamu berlalu saja di depanku tanpa menoleh, berjalan lurus, dan menganggapku seolah orang asing rasanya aku ingin buru-buru menarik tanganmu, kencang biar wajahmu bisa merasakan hembusan nafasku agar bola matamu yang coklat itu bisa berlarian saat aku tikam dengan tatapanku atau sekalian saja aku sudutkan tubuhmu di ujung lorong menahan agar tidak ada anggota tubuhmu yang bisa memberontak membiarkan penciumanku mencari tau wangi parfummu hari ini menyentuh daun telingamu dengan ujung hidungku dan mengecup lehermu lembut, dua kali runtuhkan gengsimu aku hafal bagaimana sikapmu jika menggebu rindu aku paham sifatmu jika terbakar cemburu kemarilah, peluk aku

selingkuh

kau milikku saat bersamaku aku milikmu saat bersamamu nikmati saja kebersamaan yang entah kapan berakhir tak perlu kau cemaskan dia yang di sana menunggu kabar tentangmu tak usah kau rindukan dia yang di sana mungkin tak begitu merindukanmu kau cium saja aku, kau cumbui sesukamu tapi jangan ada dia di pikiranmu aku tak mau kau menduakanku saat kau bersamaku kau milikku, aku milikmu sudah, aku tak mau tau lagi seperti apa kau dan dia di belakangku karena, dia hanya kekasih gelapmu yang bisa saja memilikimu ketika aku terlalu mencari tau meski pun aku pasangan halalmu

Mencumbu Bayangan

Senja itu datang bahkan sebelum wangi tubuhmu pergi       Seperti dirimu bukan,       Yang hanya datang sesaat lalu pergi       Seperti senja yang menghantarkan pada kelam kerinduan Bukankah kerinduan itu pergi beranjak bersama bayanganmu       Ohh, begitu sajakah rindumu padaku, terhadapku       Yang sesaat sudah terpuaskan pada bayangan Lebih baik mencumbui bayangan ketika dirimu tak lagi di sini, bersamaku       Karena seharusnya kita memahami, raga tak bisa bersama       Cinta tak harus dipaksa       Biarkan rindumu menyesap jejak bayangku       Agar tak perih hati, ketika mata hanya mampu memandang di kejauhan       Selamat malam, kekasih bayangan

seorang perempuan di ujung senja dan seorang lelaki beraroma jingga

seorang perempuan di ujung senja tersedu dalam keheningan terduduk pilu dalam kebimbangan terluka oleh yang dicinta dikhianati oleh yang dipercaya cinta tak hanya menjejakkan bahagia kepedihan terkadang menyelimuti tawa dan seorang lelaki datang di antara sekelebat getaran menggugah rasa seorang lelaki mendekat menceritakan kegelisahan hubungan tanpa kabar perempuan senja yang berteman dengan lelaki jingga berdua, berbagi cerita cinta yang menyedihkan namun mereka tertawa, menertawai luka bersama perhatian bergerilya dalam gundah kesendirian menyapu luka kenangan kelam tersingkir sepi terisi riang rindu perlahan merasuki celah kesepian saling berdebar kemudian, ketika mata beradu pandang dan setiap kata yang terucap seakan telah se-ia setiap gerak tercipta seakan telah seirama seorang perempuan di ujung senja dan seorang lelaki beraroma jingga menyatu dalam satu genggaman bertajuk cinta seorang perempuan di ujung senja dan seorang lelaki beraroma jing

Rasa dan Aksara

Dan kamu masih saja berdiri di sana, di satu perasaan yang tak pernah berhenti untuk sejenak berpaling. Sekedip saja, tak memperhatikanku. Bisakah ? Ohh, dan kamu masih saja berkata aku adalah kejahatan terbesar di sepanjang hidupmu. Tentu kau bercanda kan ? Atau aku yang menyebabkan kau menjadi seperti sekarang ? Benarkah aku jahat ? Kita pernah terjatuh pada satu keadaan yang tak seharusnya dijalani. Kita saling berdegup saat bertatap di kejauhan. Saling memendam hasrat untuk bergandengan. Dan semua itu salah. Bukankah sudah kujelaskan kepadamu, apa yang terjadi di masa lalu kita adalah salah. Tidak seharusnya itu terjadi. Tapi siapa yang bisa menghentikan perasaan. Aku, dulu, seharusnya tidak menanggapi perhatianmu. Seharusnya aku bersikap biasa saja ketika tak ada kabar darimu dalam sehari, atau beberapa hari, seminggu, atau sebulan tanpa kabarmu. Tapi, waktu itu, aku tak bisa. Maafkan aku, bukan aku membencimu. Bukan aku menghukummu. Tapi mengertilah, ini tak akan muda