Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

ketakutan

sepertinya kau belum terlalu paham bagaimana perasaanku setidaknya setelah kisah kita berakhir mengapa aku begitu takut jika kau berubah sikap mengapa aku begitu khawatir ketika kau tak bertukar kabar mengapa aku lebih menunjukkan posesifku karena aku hanya pengalaman yang telah kau lewatkan karena aku hanya seorang mantan yang tak lagi berhak atasmu bisakah aku memaksamu untuk terus setia kepadaku bisakah aku memaksamu untuk selalu memberi kabar tentangmu bisakah aku memaksamu untuk tidak melakukan ini dan itu aku menyadari siapa aku kini dan aku pun harap kau memahami betapa takutnya aku kehilanganmu selebihnya, jika aku terlihat banyak berulah aku hanya berharap, kau bisa mengerti mengerti perasaanku bukan terganggu karenanya

sesal

deru-deru memburu degup memacu aku terpaku dalam bisu kau utarakan cintamu hanya ku ibaratkan gurau lalu kau kecewa kemudian pergi dan tak pernah kembali meski sekedar berucap rindu

putus

merajuk mengiba hatimu pada kisah yang kau akhiri sore itu kau masih menyimpan jutaan rasa tapi hanya kau simpan dan aku pun hanya mampu tersenyum menangisi keputusanmu yang begitu menyesak

Surat Cinta Untuk Kekasihku

kepada kekasih hatiku, rencana hidupku, tujuan aku berjalan, terimakasih untuk semua ketulusanmu, untuk segala perhatianmu untuk apa pun yang telah kau perjuangkan untukku, untukmu, untuk kita waktu, tenaga, pikiran, jarak, dan setiap sujudmu yang tak luput menyebut namaku, sebagai rencanamu entah mampukah aku membalas, tapi sungguh tak ingin ku melepas hatimu, aku ingin bersamamu, menjadi bagian dari rencana hidupmu, menemani setiap detak nafasmu, begitu dalam ku menyimpan perasaan ini,  hingga tak mampu aku menahan kesedihanku, ketika kau ingin mengakhiri yang baru separuh revolusi bumi terlalui aku ingin lebih lama lagi, bukan lagi satu atau dua tahun, aku ingin menemanimu selamanya jangan lepaskan aku, jangan pernah berhenti, memperjuangkanku, untuk hidupmu                                                                                                         3 November 2015                       selalu menyayangimu,                                                

Nafasku untuk Mencintaimu

“Gue kemaren abis dari Jogja. Yaa. . . gak lama sih. Cuma jalan-jalan santai gitu,” kata Tesa santai. “Lu ke Jogja,” tanya Faris histeris. “Iya. Kenapa ?” “Lu ke Jogja, dan lu gak ngajak gue, Tes. Dan lu nanya, kenapa,” Faris menghentikan makannya. Tatapannya lekat memandang Tesa. “Lu kan sibuk. Lagian gue juga emang sengaja sendiri aja.” “Tes, lu kan isa nanya dulu ke gue. Gue isa ato enggak, kan yang penting lu konfirmasi gue. Gak asal ngabur ke Jogja sendiri gitu.” “Gue males ribet, Faris. Lu kenapa sih gak mau ngerti gue. Gue tuh pengennya maen sendiri. Dan gue beneran ke Jogja sendiri. Gak sama sapa-sapa juga,” nada bicara Tesa sedikit tinggi. “Iyaa. . . iyaa. . . maaf. Gue masih posesif sama hidup lu,” balas Faris lebih tenang. “Lu berapa hari di Jogja, Tes ?” “Apa sih, Ris ? Udah dehh. Gak usa ngebahas posesif ato apa yang laen. Itu udah bukan bahasan kita lagi sekarang,” Tesa melunak. Faris tersenyum geli. “Cowok lu sekarang sapa, Tes ? Anak mana ?” “Gue la

peluklah aku, sayang

aku hanya ingin memelukmu sekejap tak mengapa cukup untukku aku hanya ingin memelukmu tak lama tak apa sebagai pelukan terakhirmu aku hanya ingin memelukmu sekali ini saja ku mohon peluklah aku saat aku memelukmu erat peluklah aku lebih erat perlukah ku berbicara kepada Tuhan untuk kembali memberimu ruh meniupkan nafas dan mendetakkan jantungmu atau memang kau tak mampu lagi memelukku kau tak lagi mencintaiku

bahagia itu sederhana

Tuhan punya banyak cara membuat kita tersenyum dan bahagia, hanya kita saja yang terlalu senang berdiam dalam kesedihan dan keterpurukan.. Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Desa Pasar Banggi - Rembang

Sepanjang Jogja - Semarang

“Lu tau gak sih, Say, gue itu uda lama banget gak ngrasa se- happy ini. Sumpah. Gue bahagiaaa banget. Asli. Thanks ya, Say,” kata Noah sambil memeluk Rahel. “Sama-sama, No. Kan gue uda janji mau nemenin lu kalo lu maen ke Jogja. Next time kalo ada liburan, maen ke sini lagi,” balas Rahel. “Iya, tar kalo gue isa ambil libur, gue pasti langsung ngabarin lu. Dan lu kudu wajib nemenin gue jalan-jalan. Oia, kalo lu pas ada tugas ke Surabaya ato pas ada libur, maen ke Surabaya. Kabarin gue, pasti gue temenin,” lanjut Noah sambil mengangkat ransel birunya. Hadiah dari Rahel dua tahun yang lalu. Masih bagus dan terlihat terawat. Karena memang jarang sekali dipakai. Mereka berdua masih asyik dengan obrolan ringan sambil menunggu bis yang menuju Semarang berangkat. “Tiket lu udah disiapin kan, No ? Ati-ati nyimpennya, lu kebiasaan teledor sih, suka naruh barang penting seenaknya. Tar pas dibutuhin lu lupa naruhnya,” tanya Rahel yang sibuk dengan tas ranselnya juga. “Ini di kantong

cintamu, membunuhmu

tunjukkan saja, jalan mana untuk keluar dingin tlah berlalu aku takut, cintamu akan segera bersemi lalu bertumbuh lebat menghabisi cintanya jauh di sana aku hanya penikmat sesaat bukan untuk setia pada pria bajingan sepertimu sudahlah, jangan terlalu serius nanti kau bisa jatuh terguling dalam cintaku dan itu menyakitkan

Jadilah Teman Hidupku

kau hadir, bersama secuil senyum yang begitu berarti di mataku kau datang bersama secercah harapan yang mengajakku terbang dan kau membuka pintu hatiku yang lama tak terjamah,      hatiku yang telah lama sendiri dalam ketiadaan kau adalah keindahan, yang ingin ku jabat, lalu ku pegang erat kau adalah impian, yang ingin ku bawa dalam nyata, dan tak ku lepaskan apalah aku ini, yang begitu mabuk dalam cinta tak bertuan yang begitu menggebu merebutmu dalam kenangan buruk masa lalu cerita lama yang membuatmu terluka, tertahan pada masa yang kejam pandanglah aku, aku ada di sini bersamamu,      saat kau menangis teringat perih itu      ketika kau lara menyesapi kenangan pilu aku di sampingmu, hai gadis penawar rindu,      yang mengguncang duniaku dengan tawa riangmu      yang meluruhkan kesedihanku dengan ucap manjamu aku di nyatamu, hai gadis yang ingin ku jadikan milikku berjalanlah bersamaku jadilah temanku melangkah,      menapaki masa depan kita, berdua hanya ak

Perempuan Itu Saya

“Sayang, aku lagi liat katalog produk kecantikan nihh,” kataku sambil membolak-balik halaman dan memperhatikan detailnya. “Terus,” tanya seseorang di seberang telepon. “Ada promo lipstick nih, Yank. Aku beli yaa,” tanyaku meminta persetujuan. Lalu hening. “Emang lipstick Sayang uda habis, kok mau beli lagi ?” “Lagi ? Kan aku uda lama gak beli lipstick, Yank. Lagian yang warna ini tuh bagus, Yank. Lagi ada promo pula. Kan sayang banget kalo sampe keabisan. . . “ “Sekarang punya lipstick berapa ? Masih kurang sampe kudu beli lagi,” nadanya sedikit lebih tinggi. Tapi masih terdengar tidak mengancam. “Banyak sih, Yank. . . Ada sekitar dua puluhan gitu kayaknya,” jawabku enteng. “Dua puluh itu masih kurang sampe mau beli lagi. Mau sejam sekali ganti lipstik ?” “Sayang kok gitu sih, sensi amat. Bilang aja gak boleh. Beres kan ?” “Kalo dari awal tadi aku bilang gak boleh, apa Sayang gak marah dan langsung nurutin aku ?” “Ya kan aku belom punya yang warna itu, Yank. . . Bo

celah

sudahlah, jangan  terlalu kau masuk ke celah sempit ini awalnya memang tak mungkin untuk masuk tapi aku takut kau mulai nyaman dengan yang kita mungkinkan aku takut aku menduakannya karena kita terlalu berani beresiko mewujudkan kesempatan dalam kesempitan sudahlah, jangan terlalu banyak berharap padaku siapakah aku ini hingga kau ingin menduakan kekasih hatimu aku takut rasa penasaranmu membuncah, menggoyah setia sudahi saja cukup di sini

Menikmati Kesalahan

       perlahan, sentuhanmu terasa di ragaku kita telah banyak bertukar kata sudah jauh saling bercerita kita juga telah saling menatap mata tapi tak secepat itu kita bisa saling menyapa bertegur mengucap nama, namamu, namaku kita tak saling kenal, tapi seperti telah lama berkawan hingga aku terlelap di bahumu dan aroma green tea yang melekat di tubuhmu, seakan asap yang mengganggu nyenyakku kita lalu seperti seiya meski tanpa berkata kita seakan bercerita walau hanya saling memandang        dan sentuhanmu semakin mengena di jantungku kau renyah menikmati candaku kau peduli pada keping ceritaku kau iringi hariku dengan senyummu        lalu semakin erat kau menggenggam hatiku seakan tak ingin melepaskanku, meski sejenak padahal kau tau, ada seorang wanita yang menantimu pulang kau sadar kita tak mungkin bersama untuk selamanya dan beginilah kita saat ini hanya bisa menikmati waktu saat kita berdua melupakan apa yang kita punya walau tau itu sala

Aku Pinjam Cinta Kekasihmu

Kau mungkin hanya tau, namanya. Tapi apakah kau tau, siapa yang ada di hatinya, di pikirannya. Kau mungkin ada di pikirannya, tapi, di hatinya tak ada nama lain selain namaku. Kau tau mengapa bisa seperti itu ? Karena aku cinta pertamanya. Karena bibirku, yang pertama disentuh bibirnya. Karena nafasku, yang pertama terdesah di telinganya. Karena leherku, yang pertama diciumnya. Kau yakin dia bisa melupakan itu semua ? Dia karya Tuhan yang begitu apik . Setiap jengkal tubuhnya membuatku gila. Membuatku ketagihan. Sentuhan-sentuhan jemarinya di ragaku, gesekan tubuhnya dan tubuhku, seakan kenikmatan yang tak akan pernah usai. Dan kau harap, dia bisa melupakan semua itu ? Dia milikmu. Kau bisa mengecup bibirnya kapan pun kau mau. Kau bisa mendesahkan lenguhanmu di telinganya. Kau bisa menjerit saat gesekan-gesekan yang berirama sedang intim. Kau bisa menelanjanginya sesuka nafsumu. Tapi kau tak bisa melarang, saat cintanya memendam rindu yang melumpuhkan logika. Nona, aku pinja