Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Kekasih, aku tak bisa melepasmu

Kemudian, di antara dekapan – dekapan mesranya Begitu hambar wajahku disesaki kegalauan Air mataku pun riuh menjatuhkan diri ke bumi Bercerita tentang kesedihan yang tersimpan begitu rapih Diangkatnya wajahku pelan, perlahan Dan dengan lembut disentuhnya bibirku yang bergetar Hendak ingin menyicip pilu yang tertinggal di ujung sana Merasakan kegetiran takut kehilangan Nafas memburu bersama kecup demi kecup bibirnya Dieratkannya pula dekapan, dan ku sesakkan lagi tubuhku di raganya Menikmati keintiman di sela kepedihan Kesakitan ini, kita nikmati berdua Hanya berdua Bukan karena siapa, tapi kita lah yang mencipta

ku harap hujan tak pernah datang

aku dulu begitu menikmati hujan ketika hatiku tak sekeras ini aku dulu begitu menyukai saat rintiknya menetes,      membasahi bumi ketika hatiku sedang menjatuhkan pilihan padanya aku dulu sering meluangkan waktu menatap hujan ketika hatiku selalu bersemi cinta akan seorang manusia sampai saat aku begitu yakin akan cintaku ketika aku tau, telah benar-benar jatuh padanya di waktu ku pikir, cintanya akan terus bersemi hujan merebutnya dariku mengambil paksa dari hidupku ketika dia ingin memberi jawaban atas pernyataanku ketika dia akan menyiapkan hatinya untukku terjatuh dalam cintanya ketika dia hampir mengucapkan janji untuk terus menyemikan hatiku ketika itu, hujan lah yang memilikinya hujan membunuhnya menghancurkan segala miliknya dan aku begitu membenci hujan

lelaki yang tak begitu ku rindukan, tapi tak juga tak ku rindukan

kemudian kau terlihat, menyunggingkan senyum menatap mataku dan membiarkan aroma parfummu menggairahkanku andai bisa lebih lama kita bersama siang itu aku ingin mengecup ujung telingamu dan berbisik, "cumbu aku sesuka nafsumu" lalu akan aku biarkan perkasamu meluluhlantakkan kerinduan desahan kenikmatanku hingga kita terbaring dalam kelelahan berpeluh berpeluk berdua