Kemudian, di antara dekapan – dekapan mesranya Begitu hambar wajahku disesaki kegalauan Air mataku pun riuh menjatuhkan diri ke bumi Bercerita tentang kesedihan yang tersimpan begitu rapih Diangkatnya wajahku pelan, perlahan Dan dengan lembut disentuhnya bibirku yang bergetar Hendak ingin menyicip pilu yang tertinggal di ujung sana Merasakan kegetiran takut kehilangan Nafas memburu bersama kecup demi kecup bibirnya Dieratkannya pula dekapan, dan ku sesakkan lagi tubuhku di raganya Menikmati keintiman di sela kepedihan Kesakitan ini, kita nikmati berdua Hanya berdua Bukan karena siapa, tapi kita lah yang mencipta
mengungkap rasa lewat kata