Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Sebentar Saja, Sayang

Dan bila tak mampu lagi aku menggenggam tanganmu Lepaskan saja asamu tentangku Karena aku hanya ingin sejenak bersandar Sekejap saja, saat aku dan dia terpisah raga Sebentar saja sayang, saat aku terluka karenanya Dan tetaplah mengijinkan hatiku beristirahat dalam tulusmu Meski tak akan pernah mampu membalas setiamu Kau adalah tempatku berlari dari penat hidupku Kau adalah cinta yang membiarkanku menjadi apa pun keinginanku Kau adalah bagian masa laluku Saat sesalnya menyujud di kaki hatiku Di sanalah, waktu yang seharusnya kau biarkan aku pergi Bisa saja aku kembali nanti pada dermagamu Untuk sesaat saja sayang Atau tak akan pernah berlabuh, jika aku telah bahagia bersamanya

Kita Adalah Kisah Yang Sedang Disiapkan Tuhan Secara Klasik

Kemudian, di antara kenyamanan yang terlahir dari secuil kesamaan, ada keinginan untuk terus bersama. Ada kemauan untuk hidup berdampingan. Berjalan bergandengan tangan. Bukan berawal dari bercerita tentang putus cinta. Bukan dimulai dengan kisah masa lalu. Bukan karena cinta lama yang kembali mekar. Ini dimulai, karena hati mereka bertemu pada satu titik untuk berniat sama, di waktu yang tepat, dengan cara yang asik. Ini bukan kisah cinta negeri dongeng. Ini bukan cerita kasih pewayangan. Ini bukan tentang drama kolosal. Ini hanya kisah kasih sepasang hati yang dimabuk rindu. Yang terpisah beratus kilometer bentangan jarak. Yang belum mampu bertemu setiap malam datang. Yang belum bisa saling memandang di pagi menyapa. Ini cerita sepasang kekasih, yang belum bisa terus bersama, tapi saling mendoakan. Yang belum bisa selalu bergandengan, tapi saling menjaga pandangan dari yang lain. Yang saling menjaga hati dan perasaan. Yang tak lelah menunggu, sampai saat untuk bersama tiba. I

Sepenggal Kesenangan

Ada masa di mana aku pernah sedikit menaruh rasa kepada lelaki ini. Memberi sedikit perhatian lebih untuk sekedar tau kabar lelaki ini. Menjerat mataku lewat tatapannya yang tak sering menatapku tapi begitu menikam, begitu dia menatapku. Senyumnya yang tak setiap waktu bisa ku lihat, tapi begitu menyenangkan saat dia tersenyum kepadaku. Acuhnya itu seperti rembulan yang begitu ingin digapai si pungguk. Meski tak mungkin tapi begitu indah untuk dinikmati. Dikejar. Didapatkan. Tapi sampai sekarang, aku tak bisa mendapatkan hatinya. Tak tertarik lagi. Setidaknya setelah tau perempuan macam apa yang ingin dijadikannya pendamping. Lalu perlahan, rasa kepada lelaki ini memudar. Menghilang. Sampai beberapa waktu lalu, aku mendengar kabar tentang kesedihannya. Sakit hatinya. Lukanya. Kecewanya. Tangisnya. Kehilangan perempuan yang dia harapkan menjadi pendamping hidupnya. Ditinggalkan oleh yang dia anggap sebagai belahan jiwanya. Bagian dari tulang rusuknya. Begitu memilukan. Ketika den

Tentang Lelaki (kali) Ini

Sekejap Aku terjatuh pada hati lelaki ini Lelaki yang berani menyentuh lukaku Yang mengecupnya lewat balutan doa atas dosa yang pernah terjadi Lelaki yang menghembusi angkuhku dengan cinta Menghidupkan kembali getar asmara Aku jatuh cinta pada lelaki ini Jatuh cinta saat mendengar suaranya Saat menatap matanya yang teduh Saat menikmati belaiannya di rambutku Lelaki ini, yang membuatku berdiri tegak Bukan karena terbiasa terluka, tapi dengan cinta

cerita kami, cerita tentang sebuah pilihan

hujan malam itu memisahkan raga kami menyisakan khawatir di detak-detak jarum menuju dini namun di ketenangannya, masih saja nikmat secangkir coklat panas di hadapan sedang aku tak mampu berpejam menutup lelah lalu pagi memaksa diri terbangun di antara kegelapan dan kejamnya dingin masih saja dengan rerintikan hujan sisa semalam iya, hujan semalam itu masih setia menyertai pagi kami pagi di mana kaki kita melangkah untuk kembali bertemu kau berlarian tak ingin melewatkanku aku ketakutan tak ingin kau melewatkanku dan di sudut jalan itu, langkah kami beriring dalam putaran roda menuju ke timur mentari saling menggenggam, tak ingin melepaskan meski sejenak saling memeluk, tak ingin melepaskan meski sekejap kedekatan ini, seperti magnet yang mengundang banyak mata ingin memperhatikan kemesraan ini, seperti hempasan badai menghancurkan hati yang ingin memiliki bukan kesalahan ini pilihan yang kami perjuangkan di antara kesendirian yang telah begitu lama mengasingkan k

rindu Ara

jatuh pada hati lelaki itu

lalu,  entah mengapa, rapuhku semakin jatuh terjatuh pada lelaki itu ingin dia membelai rambutku ingin bibirnya mengecup keningku ingin tangannya memeluk tubuhku hingga aku bisa rasakan, usapan lembutnya aku bisa nikmati hangat nafasnya bisa juga mencium wangi keringatnya dan mendengar irama detak jantungnya dia melakukannya bahkan ketika aku terlihat berdiri tegak saat aku terlihat tegar melawan kerasnya hidup