Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

kamu ada rasa ya sama aku ?!

bagaimana bisa kamu singgah di mimpiku sedangkan kamu hanya sekedar teman bagaimana bisa kamu menjadi tamu di mimpiku semalam sedangkan kita tak berperasaan (mungkin) tapi aku senang, kamu menggenggam tanganku aku bahagia, kamu berpeduli terhadapku aku jadi tau, perasaanmu buatku meski hanya (di) dalam mimpi kenapa kita terlalu menjaga gengsi dalam nyata hidup bahkan untuk sekedar bersapa sudah berpendampingkah kamu sehingga begitu penting menjaga perasaan aakhh. . . sudahlah yang penting kamu jadi milikku dan aku jadi milikmu ya, meski (di) dalam mimpi saja aku sudah (lebih dari) senang kamu sudah mau datang di mimpiku terimakasih. . . nanti malam datang lagi ya aku tunggu

Satu, tapi hanya Kelabu

aku hitam engkau putih kita kelabu hitam yang tegas putih yang lembut menyatu, satu tapi kita hanyalah kelabu tak akan pernah menjadi warna yang lain cuma kelabu dan hanya akan jadi kelabu kelabu yang satu satu, tapi hanya kelabu atau, kau bisa menyatu dengan yang lain yang membuatmu tidak terlihat kelabu mungkin dengan merah atau dengan biru atau dengan kuning agar tidak cuma jadi kelabu agar kau berwarna meski bukan denganku aku rela aku ikhlas melepasmu jika kau ingin mengejar mimpimu untuk menjadi berWARNA agha senja, 111213

bisa, biasa

jika memang harus berjalan sendiri saya akan berjalan sendiri tanpa perlu menggandeng tangan, yang tidak peduli terhadap saya saya bisa berjalan sendiri meski tangan yang tidak peduli terhadap saya berpikir, saya tidak bisa berjalan tanpa menggandeng tangan yang tidak peduli terhadap saya saya bisa dan saya akan terbiasa

bertemu angin

aku bermimpi dalam mimpi aku bertemu angin angin yang dulu selalu membelaiku di mimpi itu, angin juga membelaiku belaiannya masih sama tapi tak sesepoi belaiannya dulu sepoinya telah dibagi dengan yang lain sepoinya menjadi milik yang lain dalam mimpi itu, angin bergumam lirih berbisik melagukan sepoinya yang disia-siakan oleh yang lain itu tapi angin tetap membelainya memendam kesedihan dengan tulusnya dalam mimpi itu, angin memelukku bukan dengan sepoinya dengan beliung yang menghantam perkasanya menghancurkan gagahnya angin menangis aku terbangun tapi angin (sudah) menghilang meninggalkan (aku) (dengan) mimpi semalam tadi belaiannya cuma (di) mimpi

Relung dan Keping

relung - relung hatiku telah kosong ditinggal pergi oleh kepingan hatinya dia memilih menjadi kepingan tak bernyonya ketimbang mengutuhkan hati lewat relungku bukan karena tak setia hanya karena dia lebih cocok dengan relungnya yang dulu yang meski pun telah mencopot paksa kepingannya ternyata pilihan tetaplah pilihan bahkan pilihan untuk merasa terluka akan lebih baik saat bersama relungnya yang tepat dibanding bahagia dengan relung yang tak pas agha senja 061113

rabu sendu

gebu yang memburu menyombongkan keangkuhan gengsi di nomor satukan terkurung nafsu ahh. . . kapan akan berlalu kau masih saja menyombongkan diri lemahmu sedangkan aku masih membisu tak bisa bicara tuk mengajak pulang ke kampung halaman agha senja 061113

BUKAN cintamu

tengoklah antusiasmu ketika ingin mencumbuku setelah kau puas, kau  menyibukkan diri lalu pergi entah kemana tanpa aku tau dan aku pun enggan mencari tau karena aku bukan cintamu aku hanya nafsumu agha senja 011113

AlasaN ( ? ! )

mimpinya terajut setelah hatinya terluka tapi kembali  merasakan luka setelah mimpinya terajut dan luka itu kembali pulih setelah dirajut kembali mimpinya lalu terluka lagi setelah ke sekian kali merajut mimpi tak pernah lelah terluka dan merajut tak menyesal selalu terluka dan kembali merajut karena alasannya hanya satu mencintai dengan ikhlas agha senja 011113

.R.U.S.A.K.

mata teduhnya memerah mengalirkan luka hilang asa pernah tercipta musnah sebelum bertemu nyata apakah harus seperti sekarang mimpi - mimpinya baru saja bangun bahkan ketika hatinya masih mendung tapi rusak karena iba seseorang telah mencurangi perasaannya membohongi akalnya hanya tersisa bongkahan mimpi yang hancur tercecer tak rapi dan matanya yang masih merah entah sampai kapan agha senja 011113

hujatan cinta

teruskan saja menghujatku yang kau hujatkan adalah kebencian yang terbungkus cinta kau tak menyadari bahwa cintamu terlalu dalam tapi memaksakan kau tak bisa memiliki cintaku dan kau hujani aku dengan makian semakin kau menghujatku semakin mereka akan tau siapa yang pantas dicintai dan siapa yang harus mencintai meski sampai mati

kerinduan yang terhalang tulang rusuk jodoh

benang kerinduan mulai terajut di antara deraian hujan di temani cengkrama dua sejoli yang pernah saling mencinta di dulu yang telah lama berlalu rajut kerinduan mulai terbentuk di sela waktu siang dan sore terpasung janji saling berbagi yang akan ditepati untuk ini kali bentuk kerinduan mulai berwujud meski tak rapi tetap telah terbentuk meski tak seindah cerita yang terlewat kerinduan dua hati yang pernah saling memuja pernah, hanya pernah sepasang hati itu telah memisah mengaitkan diri kepada tulang rusuk jodoh kerinduan pun hanya berbatas kerinduan tiada lebih dari kerinduan meski naluri memberontak untuk saling mencumbu tapi tiada daya pun untuk sekedar saling mengecup

janji (yang terdengar) MANIS

dan lalu pun menghilang meninggalkan janji (yang entah berapa banyak) tak tertepati aku tak akan menanti pun untuk kali nanti kesempatan hanya kemaren saat kau merajuk belas kasihku ku berikan mudah tapi kau siakan pula jadi percuma mengharap saat tak bisa memberi harapan percuma meminta saat tersisa bualan aku bosan mencumbu mulut manismu yang berkoar sumpah sampah busuk nikmati saja kepuasanmu dan akan aku nikmati hari tanpa rayuanmu

pulang

kakiku terus melangkah mengejar bayangan itu semakin cepat aku berjalan semakin lalu pula bayangan itu aku hampir mendapatinya hampir kena harusnya tadi langsung aku pegang jubahnya ku tarik biar aku tau rautnya aku berlari dan bayangan itu lebih cepat lagi menghindar aku berpikir, apa mau bayangan ini menghindariku.. atau malah ingin mengajakku.. bayangan itu menuju suatu tempat di ujung sana tempat yang tak terlihat jelas karena kilauan cahaya yang menyinarinya bukan matahari karena ini bukan siang dan saat langkah bayangan itu hampir mancapai tujuannya dia menoleh ke arahku memperlambat langkahnya aku hentikan langkahku dan bayangan itu berjalan mundur sambil tetap melihatku dengan tersenyum senyum yang aku hafal karena itu senyumku bayangan itu seperti aku bukan ! bukan seperti, tapi memang aku dan apa ini ?? mengapa aku ada di sana kenapa aku tergeletak dengan banyak darah di tubuhku bayangan itu berdiri di dekat aku yang lain yang ada di sana

wajah lampau

menggila.. wajah-wajah itu mengitari lamunanku menyiksa relung batin dengan rindu menggebu memadu.. antara kesepianku dengan khayalanku aku mencoba mengais nyata memadankan pikiran dan perasaan dan akhirnya.. yang ku temui hanya bayang masa lalu pilu

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

mana yang nyata ??

rasanya sesak entah karena apa aku tak pernah memahami hidup bahkan hidupku sendiri aku tak tau kemana aku harus melangkah yang aku lihat fatamorgana aku kesepian di tengah dunia yang gempita aku sendirian di keramaian semesta kadang aku berpikir adakah diriku hanya fana gbs15813

antara bodoh dan kenangan

Kenangan itu masih tertinggal rapi. Di ingatanku. Di catatan kecilku. Di akun facebookku. Di twitterku. Di laptop kantor. Di flashdiskku. Di camdigku. Di lemariku. Di tempat kacamataku. Di setiap aku bergerak. Di setiap doaku. Kenangan itu akan tetap ada. Dan selamanya akan ada. Tak akan pernah berubah. Kenangan yang selalu membuatku menangis setiap mengingatnya secara tidak sengaja. Kenangan itu, adalah milikku. Dan tidak ada seorang pun yang mampu menghapusnya. Kecuali, saat Tuhan berkehendak aku harus melupakan kenangan itu. Jadi, biarkanlah aku hidup dengan kenangan itu. Dan tak perlu kalian mengusiknya. Meski pun kalian berpikir aku bodoh. Biarkan saja aku tetap bodoh. Aku memilih bodoh untuk tetap bisa menjaga kenangan itu dalam sisa hidupku.

cukup doea saja

(HANYA) ada 2 alasan seseorang berubah (MENJADI) lebih baik ::. pertama, karena dia benar-benar berubah karena kita kedua, karena dia ingin kita berpikir, dia benar-benar berubah karena (ingin menDAPATkan) kita think AGAIN !!

KOREKSI

Pernyataannya mengusik pikiranku. Dan dia mengaku memilih untuk bekerja ketimbang sekolah. " Kulo nggih taksih pengen sekolah tapi mboten wonten duite ," katanya tak berhenti memanggul sekarung penuh hasil kebun. Bukan hasil kebun milik orang tuanya yang sedang dia pikul, tetapi bocah lanang yang seharusnya masih duduk di kelas 5 itu, memilih putus sekolah sejak kelas 4 sekolah dasar. Miris. Untuk saya itu sangat miris. Untuk apa memikirkan biaya pendidikan? Pemerintah menggalakkan program wajib belajar. Ada banyak bantuan digulirkan. Digontorkan kepada para siswa. Operasional sekolah dijamin pemerintah. Harusnya sudah tidak ada lagi pungutan dari sekolah untuk para murid. Mengatasnamakan komite, memakai nama sumbangan sukarela yang lucunya sudah ditentukan nominal yang kudu dibayar. Alibi yang cukup cerdik. Dia terengah-engah sesampainya di kaki bukit. Sesaat dia mengambil nafas, lalu berjalan (lagi) menuju perbukitan. " Nggih mboten isin, wong kulo ngrewangi bapak ka

dendam lalu

jalanku bukan untuk mundur tetapi untuk melangkah maju cobaan dan ujian, satu per satu terlalui meski harus jatuh bangun melewatinya aku sadar, tak sekuat aku melawan masa lalu setiap detil kenangan masih tersimpan dalam memori meski enggan aku merapikannya bertumpuk bersama penyesalan dan dendam tak seharusnya aku menyimpannya tapi itu harus tersimpan entah kapan aku akan mensyukuri pernah melalui masa lalu itu setidaknya dari masa lalu itu, aku berdiri di masa sekarang, untuk masa depan

untitled

hembusan itu. . . masih aku hapal aromanya wangi rumput basah bercampur dengan embun pagi ditambah tangguhnya air sungai yang gemulai memecah batuan hitam ekstra semburat oranye matahari mencuat di antara pegunungan yang menghadang pandang rasanya masih sama membelai lembut, menyentuh mesra seolah mengecup tubuh hembusan itu. . . aku rindu merasakan hembusan itu bersamamu ingin sekali lagi berbagi hembusan itu bersamamu meski hanya sesaat ahh. . . seperti bermimpi saja kau mungkin bisa melihatku menikmati hembusan itu tapi aku tak pernah tau apakah kau ada di sampingku atau tidak saat merasakan hembusan itu karena kau fana dan aku nyata yang tak mungkin disatukan dipaksa pun tak akan bisa kita berbeda

selesai

jangan pikir segala yang kamu perbuat itu benar jangan merasa semua yang kamu lakukan itu tepat dan jangan menganggap aku mau menuruti segala hal yang kamu anggap benar dan tepat karena kamu bukan nyawaku karena kamu tidak menjadi ragaku selesai !!

saya tidak suka mereka

saya tidak suka dengan mereka mereka yang merasa berkuasa atas kamu mereka yang mengaku bertanggung jawab atas kamu teladan macam apa mereka yang memberikan kamu ke orang lain entah apa alasannya saya memang tidak punya hak untuk menyidang mereka tapi saya tidak pernah bisa terima perlakuan mereka mereka pikir mereka siapa mereka punya adat yang aneh mereka itu tidak pantas mereka itu... sudahlah... saya hanya ingin mengatakan itu mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran saya bahwa sampai kapan pun saya tidak akan pernah respek dengan mereka apa pun penjelasan yang kamu katakan pada saya terimakasih

ketakutan

lautan itu memang dalam, tapi aku masih bisa menjamah dasarnya sedangkan hatimu, tak pernah aku taui seberapa dalamnya kesungguhan cintamu padaku luasnya samudra bisa aku jelajahi, tapi tetap saja tak bisa aku menjelajah seberapa luas tanggung jawabmu atas kepercayaan yang aku berikan aku tak pernah tau apakah kau benar-benar tulus menyayangiku apakah aku berarti di hidupmu apakah kau yakin pilihanmu itu memang aku aku takut, aku hanya tempat persinggahan yang sesaat menjagamu dalam lelah bukan tempat kau labuhkan hidupmu selamanya masih saja aku tak tau agha sanusi.090812

tamu undangan

aku menatapmu pilu sungguh, aku ingin kembali mendekapmu bukan untuk mengajakmu berkomitmen aku hanya ingin melakukan itu hanya ingin mendekapmu memelukmu dan aku akan mencium wangi mawar di rambutmu aku hanya ingin memelukmu tidak lebih dari itu aku merindukanmu dan aku, masih saja menatapmu pilu karena aku masih saja tak mampu memelukmu mendekapmu aku hanya bisa berdiam berdiri di atas pelaminan bersama mempelaiku dan kau.. kau hanya tamu undangan yang menatapku dengan senyum kepedihan

dulu dan sekarang

aku pernah mencintaimu (dulu) aku pernah menyerahkan segala yang aku punya untukmu (dulu) aku pernah mempertaruhkan hidupku untuk melindungi ragamu (dulu) pernah aku lakukan semua itu (dulu) tapi tidak (sekarang) tidak ada lagi cinta (sekarang) tidak ada lagi persembahan untuk yang tercinta (sekarang) tidak ada lagi pengorbanan jiwa (sekarang) kamu berarti di hidupku dulu kamu penyesalan di hidupku sekarang aku mau terus maju aku mau lupakan kamu yang gag lebih dari sekedar sel kanker yang merusak, menggerogoti ragaku sekarang, silahkan jadi benalu untuk para lelaki itu parasit !!

aku (tak) bisa tanpamu

kau bisa bungkam mulutku tapi tanganku masih bisa bersuara menuliskan perasaanku melukiskan air mataku kau bisa memotong tanganku tapi otakku masih bisa bernyanyi melagukan sendu kehilanganmu menggumamkan ketakutan tanpa adamu kau bisa bunuh aku tapi roh setiaku senantiasa bersamamu menjagamu dengan pria perkasamu yang telah mengambilmu dariku aku belum bisa melepasmu aku belum mampu mengurai utuhmu bahkan setelah kau (benar-benar) membunuhku aku pastikan, kau yang terakhir dalam hembusan ajalku

H.u.J.a.N

tik. . tik. . tik. . setetes demi setetes air jatuh memberikan nyawa pada hidup yang merindukan hujan rohnya sedikit terguncang raganya masih tetap tenang ahhh..... aku menyenangi hujan ini hujan yang memberiku sentuhan lewat dingin yang membelaiku dengan angin ku tarik nafasku, panjang dan hembuskan pelan namun pasti nafas terakhirku nafas di saat hujan baru memulai derasnya malam ini sampai jumpa, di hujan yang entah kapan akan menghidupkanku kembali atau mungkin ini pertemuan terakhir karena hujan enggan menyawakan ragaku lagi

merenung

terdiam, atau tepatnya mendiamkan diri memberi ketenangan pada jiwa mencari keresahan-keresahan yang selama ini mengganggu mengusir mereka pergi dari hati terpaku, memakukan diri pada sebuah janji bukan tuntutan, tapi keikhlasan batin berbakti, membaktikan hidup kepada yang disebut kepala mengabdikan raga dan rohku termenung, atau aku sengaja merenung memikirkan pengabdian yang telah terurai lewat tawa saat kekurangan atau waktu tangis dalam bergelimang lebih masih ada yang bisa aku lakukan masih banyak yang belum ku nyatakan menyatakan setiap impian kecilnya yang berharap penuh mendapat anggukan optimisku terus berjalan priaku, berjalanlah di sampingku gandeng aku agar aku tak terlepas, atau melepas diri dari ikatan yang kita sebut keluarga *spesial untuk suamiku, anas sanusi

T E R I T O R I A L

jangan hiraukan jangan risaukan terus jalan terus melangkah jangan berhenti jangan meragu terus yakin terus percaya jangan dengarkan jangan pusingkan biarkan berkomentar biarkan beranggapan jangan mengusik jangan mengganggu biarkan berkembang biarkan terbang saya memiliki hak atas apa yang saya lakukan dan saya bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan

saya adalah agatha sanusi

saya bukan orang yang simpel saya bukan orang yang biasa saya bukan orang yang monoton saya berbeda saya menyukai keribetan yang mengasyikkan saya menyukai keluarbiasaan dalam hidup saya menyukai bermacam situasi saya tidak sama saya bernyawa baru saya yang lama telah mati karena saya sekarang adalah AGATHA SANUSI

yuka

Kini. . . Ku hanya ingin lupakan semua Mengenangmu menyesakkan jiwa Kan ku hapus air mata Hingga ku dapat sembuhkan luka Alunan suara khas sang vokalis perempuan masih menghentak. Menyiagakan bola mata yang berkelir coklat. Ada lelah yang menyerang berbarengan dengan kantuk yang sangat. Namun segala nikmat dunia seolah tak ingin bergumul dengan raga yang melemah. Mencoba bertahan dalam ketiadaan cinta. Klise memang. Tapi itulah yang mesti dialami seorang Yuka. Mata yang indah masih terlihat indah meski pun tebaran tisu yang menyapu luh berhasil menggantikan selimut. Yuka. Perempuan berusia dua puluh satu tahun yang tak pernah bisa tertebak apa yang dipikirkan oleh hatinya dan dirasakan oleh akalnya. Perempuan muda yang ingin lekas menjadi dewasa. Menjadi wanita. Yuka. Perempuan yang merasa kurang memiliki tinggi meski lebih dari seratus enam puluh sentimeter tubuhnya menjulang. Bentuk wajah bulat condong ke oval. Rambut hitam bergelombang. Dan kulit coklat yang memang alam