Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Tangis Yang Sama

Matanya mengelilingi ruangan bercat putih tulang Mencari sesuatu yang dia pikir bisa ditemukan di tempat ini Sekali lagi matanya menyapu seluruh ruangan Badannya ikut berputar, memastikan yang dia cari ada di sini Nafasnya menghela lambat, wajahnya sedih Tapi tak dikatakan kepada siapa pun Yang dicari tak ada di sini Dan pipinya mulai basah karena airmata Tangisnya sunyi, tak terdengar Tapi runtuhnya hati begitu bergemuruh Seorang anak yang kehilangan orang tuanya Ayah dan Ibunya Yang menemaninya dari pagi hingga malam dan datang lagi pagi Ayah dan Ibunya tidak mati Mereka hanya masih sibuk dengan urusan tak nyata Merasa membiayai hidup dan kebutuhan anaknya berarti tuntas Anak itu tertidur pulas usai letih menangis Dan pagi kembali datang Seorang anak yang bersikap baik-baik saja Melewati hari-harinya dan mengulangi tangis yang sama

Karena Semua Harus Seimbang

Rindumu, pedihmu, ku kira harus seimbang Tawamu, amarahmu, pun juga harus seimbang Kecewamu, bahagiamu, menurutmu apakah juga harus seimbang ? Terkadang, rindu begitu menyakitkan ketika ragamu jauh dari pandangku Tawamu bisa menjadi amarahku ketika kau lebih riang saat menghabiskan waktu bukan denganku Tapi kecewamu tak pernah menjadi bahagiaku Kau perempuan terindah yang dulu pernah aku miliki Meski berulang kau mengkhianati setiaku dengan lelaki yang sama Katanya hanya teman, tapi berkali ku lihat kau dan dia bergandeng tangan Katanya tak pakai perasaan, tapi sering ku temui kata rindu dalam setiap pesan yang sengaja kau sembunyikan Dan kini apakah semua sudah seimbang, Kau dengan sesalmu, menduakanku Dan aku masih terpuruk kehilangan, melepasmu

Mendung, Rindu, dan Masa Lalu

Mendung menggantung, pun rindu Angin deras menerpa wajahku Menutup sipu mendengar sapamu Menggoyangkan ujung kemeja pemberianmu Hujan ingin segera jatuh, pun aku di dekapmu Memeluk erat seperti dulu, yang tak ingin lepas Angin masih deras, membawa butiran lembut air Hujan akan jatuh, tapi aku harus tegak Aku ingin engkau tau, aku mampu melalui waktu Meski dulu penuh luka ketika engkau sudahi cerita Perempuan yang kembali hadir setelah aku hampir berpaling Perempuan yang selalu menggetarkan patahan-patahan hatiku Perempuan yang masih tersenyum menatap kepiluanku Kau, perempuan yang sampai saat ini belum bisa aku gantikan Yang sampai saat ini, masih menetap di hatiku yang paling dalam Engkau, yang tanpa kau sentuh, aku telah tersentuh Kau yang masih saja sendiri, yang berusaha mandiri Sedang aku, susah payah menguburmu dalam masa lalu Di kesibukanku menafkahi seorang istri Hujan tak jadi jatuh, angin mereda Dan sungguh aku hampir jatuh, ketika engkau lirih berbisik, "Mas, aku rindu.