Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

[karena] CINTA Harus Memiliki

Aku berjalan dengan santai dari tempat aku memarkirkan motor sampai masuk kantor. Masih sepi. Setelah menempelkan jempol di alat yang menempel di dinding dekat ruang resepsionis, aku duduk di sofa ruang tamu. Mengambil gadget yang ada di tas lalu mulai mengusap layarnya. Membalas beberapa pesan di BBM , Line , dan Whatsapp . “Hai, Ra. Pagi amat sampe kantor,” sapa Aril yang pagi ini terlihat rapi dengan kemeja warna coklat muda, sambil absen. “Yoi,” balasku singkat, sesaat melihatnya lalu kembali ke layar gadget . “Mau bareng,” tanya Aril yang sudah berdiri di depanku. Aroma parfumnya membuat darahku berdesir. Wangi laut. “Boleh deh.” Aku berdiri setelah menyimpan gadget di tas. Dan sebaiknya aku menyiapkan mental untuk berjalan bersama Aril. Apalagi hanya berdua. Bukan sekedar isu murahan lagi, Aril dan aku pernah terlibat cinta. Cinta yang hanya disimpan. Tanpa pernah diungkapkan. Cinta yang berawal dari nyaman. Lalu mengubah yang biasa menjadi perhatian. Dari pert

Kau, Aku, Keyakinanmu, dan Kepercayaanku

Semilir berhembus Tapi tak juga menyejukkan gelisahku Perbincangan yang kau ciptakan siang ini,      begitu menyesakkan nalarku Kau. . Kau itu. . . Arghhh. . . . . . . . Kau dengan keyakinanmu Aku dengan kepercayaanku Kita sadar kita berbeda Kita tau kita tak sama Mengapa dipaksakan ? Bukankah akan saling menyakiti jika tak mampu bersama Atau kita yang terlalu berani memilih jalan kita sendiri untuk kita lalui berdua Kau dengan langkahmu Aku dengan langkahku Menuju titik yang sama Beriringan tapi tak bergandengan Karena kita tau, kita memang berbeda Kau dengan aturanmu Aku dengan aturanku Begitulah kita Kita berbeda

Mimpi Sederhana

Pantai Klayar, Pacitan aku ingin duduk berdua denganmu, berdampingan di tepian karang, menjuntaikan kaki-kaki kita yang penuh dengan peluh pasir menikmati laut luas, yang seakan tak terbatas merasakan kecupan angin, yang membelai dalam terik mendengar ombak bergemuruh, memecah saat berhadapan dengan karang membiarkan matahari membakar raga dengan ganas menikmati percikan ombak, yang berbenturan dengan karang tempat kita terdiam lalu, genggaman kita semakin erat beriringan dengan doa terucap aku ingin memilikimu, dan aku ingin menjadi milikmu hanya itu saja bisakah kau mewujudkannya ?

Ombak, Mata, dan Perasaan Kita

Dan begitulah laut menyampaikan pesan kepada pantai, melalui ombak Pun aku, yang sampaikan pesan tentang perasaan kepadamu, melalui mata Tak perlu puluhan nyiur kelapa melambai, memanggil laut Tak usah ratusan kata terucap mulut, bersuara kerinduan Di sinilah kita berada Di pantai yang begitu riang tersentuh ombak Di antara nyiur yang meneduhkan Dan di antara jarak yang terbungkam diam Hanya karena mata kita telah berbicara Bercakap tentang dalamnya perasaanku yang tulus Dan kerinduanmu pada sosok pelindung Di sinilah kita dimulai Memulai Sebuah kisah, kasih, perjalanan, dan perjuangan Berdua Hanya kau dan aku Mulai saat ini, dan seterusnya

Pati - Karawang

Kau lihat matahari di barat sana Dia menertawakanku Dia menghinaku dengan senyum sinis Saat terurai tangis manjaku Yang harus merelakanmu pulang, ke tempatnya bersembunyi Matahari bangga diri Karena dia yang menemani perjalanan ratusan kilometermu      bukannya diriku, yang tak mampu menggenggam tanganmu Tapi aku tak membenci matahari Karena satu sore nanti, dia akan menemanimu Mengiringi lajumu menuju tempatnya terbit Ke timur yang menjagaku Bukan untuk paginya Tetapi, menemui kerinduanku yang terbendung Tertahan di tempat ini Tempat aku menanti, kau kembali Aiggha, 02062015