Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

H.u.J.a.N

tik. . tik. . tik. . setetes demi setetes air jatuh memberikan nyawa pada hidup yang merindukan hujan rohnya sedikit terguncang raganya masih tetap tenang ahhh..... aku menyenangi hujan ini hujan yang memberiku sentuhan lewat dingin yang membelaiku dengan angin ku tarik nafasku, panjang dan hembuskan pelan namun pasti nafas terakhirku nafas di saat hujan baru memulai derasnya malam ini sampai jumpa, di hujan yang entah kapan akan menghidupkanku kembali atau mungkin ini pertemuan terakhir karena hujan enggan menyawakan ragaku lagi

merenung

terdiam, atau tepatnya mendiamkan diri memberi ketenangan pada jiwa mencari keresahan-keresahan yang selama ini mengganggu mengusir mereka pergi dari hati terpaku, memakukan diri pada sebuah janji bukan tuntutan, tapi keikhlasan batin berbakti, membaktikan hidup kepada yang disebut kepala mengabdikan raga dan rohku termenung, atau aku sengaja merenung memikirkan pengabdian yang telah terurai lewat tawa saat kekurangan atau waktu tangis dalam bergelimang lebih masih ada yang bisa aku lakukan masih banyak yang belum ku nyatakan menyatakan setiap impian kecilnya yang berharap penuh mendapat anggukan optimisku terus berjalan priaku, berjalanlah di sampingku gandeng aku agar aku tak terlepas, atau melepas diri dari ikatan yang kita sebut keluarga *spesial untuk suamiku, anas sanusi

T E R I T O R I A L

jangan hiraukan jangan risaukan terus jalan terus melangkah jangan berhenti jangan meragu terus yakin terus percaya jangan dengarkan jangan pusingkan biarkan berkomentar biarkan beranggapan jangan mengusik jangan mengganggu biarkan berkembang biarkan terbang saya memiliki hak atas apa yang saya lakukan dan saya bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan

saya adalah agatha sanusi

saya bukan orang yang simpel saya bukan orang yang biasa saya bukan orang yang monoton saya berbeda saya menyukai keribetan yang mengasyikkan saya menyukai keluarbiasaan dalam hidup saya menyukai bermacam situasi saya tidak sama saya bernyawa baru saya yang lama telah mati karena saya sekarang adalah AGATHA SANUSI

yuka

Kini. . . Ku hanya ingin lupakan semua Mengenangmu menyesakkan jiwa Kan ku hapus air mata Hingga ku dapat sembuhkan luka Alunan suara khas sang vokalis perempuan masih menghentak. Menyiagakan bola mata yang berkelir coklat. Ada lelah yang menyerang berbarengan dengan kantuk yang sangat. Namun segala nikmat dunia seolah tak ingin bergumul dengan raga yang melemah. Mencoba bertahan dalam ketiadaan cinta. Klise memang. Tapi itulah yang mesti dialami seorang Yuka. Mata yang indah masih terlihat indah meski pun tebaran tisu yang menyapu luh berhasil menggantikan selimut. Yuka. Perempuan berusia dua puluh satu tahun yang tak pernah bisa tertebak apa yang dipikirkan oleh hatinya dan dirasakan oleh akalnya. Perempuan muda yang ingin lekas menjadi dewasa. Menjadi wanita. Yuka. Perempuan yang merasa kurang memiliki tinggi meski lebih dari seratus enam puluh sentimeter tubuhnya menjulang. Bentuk wajah bulat condong ke oval. Rambut hitam bergelombang. Dan kulit coklat yang memang alam