Langsung ke konten utama

Malang, aku pulang

Entah telah berapa purnama terlewat
Sejak dua puluh sembilan purnama yang pernah kita lewati dulu
Menyisakan jejak kemarahan
Meninggalkan jejak kenangan yang tak bisa dilupakan

Sesaat memang terlupakan
Atau sengaja diabaikan
Tapi mengapa tak bisa benar-benar lupa

Seperti itukah yang engkau rasakan ?

Terkadang merindukan keriangan masa muda kita
Namun tersadar bahwa dewasa telah memisahkan tawa kita

Pernahkah kau merindukan cerita-cerita kita ?
Yang kita gores di setiap celah memori kita

Atau telah habiskah kau pendam dalam
Biar tak lagi susah kau melupakan aku

Dan pagi itu, terjejak kakiku di kotamu
Melangkah aku di kota itu

Malang, aku pulang
Melukiskan sekali lagi kenangan
Lalu pergi, dan tak akan pernah terlihat

Bukan aku tak sayang
Tapi cintaku tak lagi bertuan
Sang pujangga pujaan

Buat apa aku bertahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu

hujatan cinta

teruskan saja menghujatku yang kau hujatkan adalah kebencian yang terbungkus cinta kau tak menyadari bahwa cintamu terlalu dalam tapi memaksakan kau tak bisa memiliki cintaku dan kau hujani aku dengan makian semakin kau menghujatku semakin mereka akan tau siapa yang pantas dicintai dan siapa yang harus mencintai meski sampai mati

Biasa yang Tak Biasa

kita pernah ada di satu waktu yang tak biasa di saat kau berdua dan aku sendiri lalu kita terbiasa dengan yang tak biasa membiasakan menanyakan kabar terbiasa mengingatkan memberi kabar hingga yang tak biasa, menjadi biasa kemudian kita ada di satu sisi yang tak biasa ketika kau merasa memilikiku dan aku menganggap kamu kekasihku entahlah. . . bukankah kita sudah terbiasa dengan yang tak biasa dan membiasakan hal yang tak biasa menjadi biasa ahhh. . . rasanya kita perlu mengisi pikiran kita dengan hal yang biasa karena kita terlampau sering menjalani hubungan,    yang tak biasa agatha tbrm020216