Langsung ke konten utama

Aku Pinjam Cinta Kekasihmu



Kau mungkin hanya tau, namanya. Tapi apakah kau tau, siapa yang ada di hatinya, di pikirannya. Kau mungkin ada di pikirannya, tapi, di hatinya tak ada nama lain selain namaku. Kau tau mengapa bisa seperti itu ? Karena aku cinta pertamanya. Karena bibirku, yang pertama disentuh bibirnya. Karena nafasku, yang pertama terdesah di telinganya. Karena leherku, yang pertama diciumnya. Kau yakin dia bisa melupakan itu semua ?
Dia karya Tuhan yang begitu apik. Setiap jengkal tubuhnya membuatku gila. Membuatku ketagihan. Sentuhan-sentuhan jemarinya di ragaku, gesekan tubuhnya dan tubuhku, seakan kenikmatan yang tak akan pernah usai. Dan kau harap, dia bisa melupakan semua itu ?
Dia milikmu. Kau bisa mengecup bibirnya kapan pun kau mau. Kau bisa mendesahkan lenguhanmu di telinganya. Kau bisa menjerit saat gesekan-gesekan yang berirama sedang intim. Kau bisa menelanjanginya sesuka nafsumu. Tapi kau tak bisa melarang, saat cintanya memendam rindu yang melumpuhkan logika.
Nona, aku pinjam cinta kekasihmu, yang kau anggap hanya setia kepadamu. Silahkan saja terus beranggapan begitu. Aku dan dia tak pernah memerlukan pengakuan. Aku juga tak ingin memilikinya. Hanya ku pinjam saja cintanya, cinta kekasihmu. Tak usah khawatir, ku kembalikan saat dia tergoda binalku. Dan setelah dia puas, mengingat semua cerita kita berdua.
Terimakasih, Nona (yang) malang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu