Langsung ke konten utama

Maaf Jika Esok Aku Tak Bisa Lagi Bersamamu

begitukah caramu memperlakukan kesetiaanku
atau bagimu, tiada arti lagi setiap detik yang pernah kita lewati
aku berjuang agar kau selalu tersenyum
tanpa peduli harusku terjatuh dan kembali bangun

segenap hati aku mencintaimu
tapi kau lukai mimpiku yang ingin menyandingmu
hanya karena lelaki di sana lebih memperhatikanmu

kau tau kemana aku pergi
kau paham untuk siapa aku pergi
kau ngerti demi apa aku pergi

aku berjuang demi kebahagiaanmu
tapi kau menyangka aku mengabaikanmu

sudahlah. . .
aku sudah mengikhlaskanmu dengan lelaki pilihanmu
yang kau anggap lebih peduli dan mengertimu

bukan aku tak mampu mempertahankanmu
atau tak mau memperjuangkanmu
tapi bukankah cinta itu tulus

aku mencintaimu tulus
tapi kau tak bisa menghargai ketulusanku
jadi bukankah lebih baik aku yang pergi
bukan mauku, tapi kau yang tanpa kata mengusir cintaku dari hatimu

aku masih mencintaimu
tapi tak akan pernah hatiku memperjuangkanmu lagi
meski pun sesalmu kelak bersujud dalam lukaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...