Langsung ke konten utama

Mendung, Rindu, dan Masa Lalu

Mendung menggantung, pun rindu
Angin deras menerpa wajahku
Menutup sipu mendengar sapamu
Menggoyangkan ujung kemeja pemberianmu

Hujan ingin segera jatuh, pun aku di dekapmu
Memeluk erat seperti dulu, yang tak ingin lepas

Angin masih deras, membawa butiran lembut air
Hujan akan jatuh, tapi aku harus tegak
Aku ingin engkau tau, aku mampu melalui waktu
Meski dulu penuh luka ketika engkau sudahi cerita

Perempuan yang kembali hadir setelah aku hampir berpaling
Perempuan yang selalu menggetarkan patahan-patahan hatiku
Perempuan yang masih tersenyum menatap kepiluanku

Kau, perempuan yang sampai saat ini belum bisa aku gantikan
Yang sampai saat ini, masih menetap di hatiku yang paling dalam

Engkau, yang tanpa kau sentuh, aku telah tersentuh
Kau yang masih saja sendiri, yang berusaha mandiri

Sedang aku, susah payah menguburmu dalam masa lalu
Di kesibukanku menafkahi seorang istri

Hujan tak jadi jatuh, angin mereda
Dan sungguh aku hampir jatuh, ketika engkau lirih berbisik,
"Mas, aku rindu."

Seketika tanganku meraih tanganmu
Ku benamkan tubuhmu dalam dekapanku

Yang aku sesalkan pun tak berarti
Kau tak ingin mengulang kisah lalu
Meski tangismu pecah di pelukku
Pun aku yang tak ingin lekas melepasmu

Kekasih hati yang tak akan aku lupa
Terimakasih, kau tak lupa
     bagaimana cara membuat aku menjadi penuh makna

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu