Langsung ke konten utama

Rasa dan Aksara


Dan kamu masih saja berdiri di sana, di satu perasaan yang tak pernah berhenti untuk sejenak berpaling. Sekedip saja, tak memperhatikanku. Bisakah ?
Ohh, dan kamu masih saja berkata aku adalah kejahatan terbesar di sepanjang hidupmu. Tentu kau bercanda kan ? Atau aku yang menyebabkan kau menjadi seperti sekarang ? Benarkah aku jahat ?
Kita pernah terjatuh pada satu keadaan yang tak seharusnya dijalani. Kita saling berdegup saat bertatap di kejauhan. Saling memendam hasrat untuk bergandengan. Dan semua itu salah. Bukankah sudah kujelaskan kepadamu, apa yang terjadi di masa lalu kita adalah salah. Tidak seharusnya itu terjadi. Tapi siapa yang bisa menghentikan perasaan.
Aku, dulu, seharusnya tidak menanggapi perhatianmu. Seharusnya aku bersikap biasa saja ketika tak ada kabar darimu dalam sehari, atau beberapa hari, seminggu, atau sebulan tanpa kabarmu. Tapi, waktu itu, aku tak bisa.
Maafkan aku, bukan aku membencimu. Bukan aku menghukummu. Tapi mengertilah, ini tak akan mudah. Harus bersikap aku membencimu, menghindarimu  ketika tak sengaja berpapasan. Ini sulit. Tapi aku paksakan. Dan kau pun harus melakukan hal yang sama. Bukan untukku. Tapi untuk seseorang yang dengan setia masih berdiri di sampingmu.
Seseorang yang dengan segala lukanya masih menggenggammu. Membelamu ketika semua mengataimu hina, cela, salah. Orang yang tetap tersenyum ketika kita membuatnya menangis. Yang tidak meninggalkanmu terpuruk dalam kesalahan.
Ada persimpangan di depanmu. Jalanlah pasti ke depan. Jangan memilih jalan berkelok yang akan mempertemukanmu dengan masa lalu.
Ketika kau benar-benar berjalan ke depan, menggenggam erat tangan seseorang yang berjalan mendampingimu, dan kalian bahagia, percayalah, aku juga bahagia. Meski saat itu aku akan tidak menyadari ada air mata, dan sesak yang menghantam dadaku begitu hebat.
Dan ketika waktu itu tiba, biarkan rasa dan aksara yang pernah ada, lenyap, menguap bersama kenangan yang dulu pernah terjadi.

Yang dalam keterpurukan, akan tetap mendoakanmu,
MASALALU.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu