Batik merahmu menggodaku
Cerahnya menyejukkan rindu
Meletupkan harapku untuk bisa sekedar bertukar sapa
Atau setidaknya saling menanyakan keadaan
Kau diam
Aku pun ikut diam
Seolah kita adalah asing
Apakah perlu terlalu kuat menjaga gengsi kita ?
Haruskah aku dulu yang bersuara ?
Atau aku harus merendahkan ego untuk sekedar berucap,
"Apa kabar, Mas?"
Detik yang berjalan seperti mengusirku keluar dari tempatmu
Memerintahkanku untuk segera mengikhlaskan, masa di mana aku bisa menikmati punggungmu
Berlalu tanpa arti
Tanpa pesan dan kesan
Tapi saat langkahmu menuju tempat kau bersujud
Kau torehkan seberkas senyum yang damai
Senyummu itu penuh arti
Menyejukkan kerinduan yang meradang
Sungguh menenangkan dan menyenangkan
Tatapan itu, masih saja tajam
Namun begitu berbeda
Tersirat rindu di sana
Yang tak mampu kau aksarakan, pun kau ungkapkan
Entah mengapa tak hanya sedetik kau menikam mataku
Seperti memintaku untuk terus tetap lekat mengikuti gerakmu
Memandangmu berlalu yang tak henti menatapku
Teruslah tikam aku dengan pandangan itu, Mas
Begitukah caramu mengartikan aku
Bukan di depan para orang yang tak mengerti kita
Tapi membiarkan kita yang saling mengartikan rasa di antara
Membiarkan hati dan logika kita untuk terkait dengan sendirinya
Tanpa perlu mengumbar mesra kepada mata yang lain
Aku rindu, sangat rindu
Tapi tak tau, pantaskah tertuju untukmu
Yang masih saja diam dalam bisu
Yang belum juga menerangi jalan, di mana aku melangkah di sampingmu
Inikah jawab atas mimpiku semalam menatap rembulan ?
Komentar
Posting Komentar