Langsung ke konten utama

Si Gila Yang Enggan Waras



Pernah bermimpi jadi artis ? Atau bermimpi jadi orang terkenal ? Atau pengen jadi orang yang dinanti karyanya sama seseorang atau beberapa orang bahkan banyak orang ?
Saya bukan artis. Tapi saya punya mimpi, dikenal banyak orang secara positif karena kegemaran saya menulis. Karena karya saya. Karena tulisan yang saya buat.

Entah sejak kapan saya mulai senang menulis. Menyampaikan apa yang ada di pikiran saya lewat tulisan. Mengungkapkan apa yang ada di benak saya lewat tulisan. Memang setiap orang akan mempunyai penilaian masing-masing terhadap tulisan saya.

Saya tidak memaksakan setiap orang mempunyai pandangan yang sama akan tulisan saya. Keberagaman sudut pandang mereka, asumsi yang berbeda dari setiap orang yang membaca tulisan saya, pendapat para pembaca yang kadang bertolak belakang dengan apa yang saya maksud, adalah kepuasan saya. Adalah suatu bentuk kesimpulan, bahwa setiap orang belum tentu punya pikiran yang sama. Meski pun dihadapkan pada tulisan yang sama.

Darimana saya mendapatkan ide ? Darimana saja, di mana saja, dari siapa saja, dan dalam keadaan apa pun. Saya bersyukur diberi keliaran dalam berimajinasi, saya mempunyai bakat untuk me-lebay-kan tulisan saya. Apa yang saya lihat, sekedip mata sekali pun, saat saya gila, pandangan sekejap itu bisa menjadi ribuan aksara yang tersusun dalam satu cerita.

Saya bukan orang yang suka dikotakkan pada keterbatasan dan keteraturan. Yang mematikan ide-ide saya. Saya bukan orang yang pandai, saya bodoh. Tapi dalam kebodohan saya itu, saya ingin orang yang pandai bisa mengerti apa yang saya sampaikan lewat tulisan saya sebagai orang bodoh.

Berimajinasi itu tidak bisa dibatasi dengan batas yang sebenarnya akan menyulitkan saya dalam bernafas dengan tulisan saya. Kadang saya liar. Kadang saya vulgar. Bisa jadi saya pedas dan tajam. Kadang bisa lemah mengalah dan penuh cinta. Terkadang angkuh. Lalu berubah lugu. Itu semua bergantung pada apa yang ingin saya tulis dan sampaikan kepada pembaca. Seolah saya memerankan para tokoh yang saya buat. Dengan berbagai karakter.

Saya gila. Iya, saya gila. Karena saat saya waras, saya takut akan kehilangan ide-ide gila saya. Saat saya waras, saya takut tidak bisa mengimbangi ide saya yang tak pernah mau menjadi waras. Saya gila. Dan saya sangat bersyukur atas ke”gila”an yang telah Dia berikan pada saya.

Saya memang gila. Saya mengakui itu. Dan saya tidak berharap saya waras. Setidaknya, saya tidak seperti orang gila yang mengaku waras. Saya bukan seperti orang gila yang merasa dirinya waras sedangkan yang lain gila. Saya bahagia, hidup dalam kegilaan saya. Kegilaan inilah yang membawa saya masih bisa tetap berkarya. Sampai saat ini. Dengan tulisan busuk ini.
aigghatha, 200215

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...

destiny

Hari ini aku disibukkan dengan persiapan acara pernikahan salah satu klien. Yang kebetulan menggunakan jasa event organizer yang aku kelola bersama beberapa teman jaman kuliah. Awalnya memang banyak rintangan. Tetapi berjalannya waktu, semakin banyak saja klien yang mempercayakan acaranya pada jasa kita yang berlabel Little Break Event Organizer. Klien yang dihadapi pun beragam. Ada yang manut manggut-manggut dengan ide yang kita tawarkan. Ada yang datang membawa rancangan konsep. Ada juga yang menyebalkan seperti klienku sekarang. Kemarin bilang bunga mawar merah. Hari ini minta ganti anggrek bulan warna ungu. Kemarin minta round table , sekarang mau ganti standing party . Memang menyebalkan. Tapi itulah pekerjaan kita. Melayani klien. Dan untuk itulah kita dibayar. Setelah melayani pasangan yang bawel. Aku memilih untuk keluar kantor dan mulai menghisap rokok. Ngobrol bareng Pak Mien. Sopir yang sudah bekerja di kantor kita selama tiga tahun terakhir. Kita tak pernah membangun s...