Langsung ke konten utama

Yang Tak Mampu Ku Jawab

Setiap kau tanya, kapan, aku selalu bingung untuk menjawabnya
Bahkan untuk sekedar mengira-ngira pun aku tak pernah mampu
Tak bisa dengan jelas ku pastikan bisa menjawab dengan yakin, kapan yang kau minta

Setiap kali kau bertanya dengan sungguh-sungguh,
"Kapan aku bisa memilikimu sepenuhnya?"
"Kapan aku bisa dengan bebas mengenalkanmu sebagai kekasihku?"
"Kapan aku bisa menggandengmu, menggenggam jemarimu, menuntun langkahmu?"
"Kapan aku bisa memandang matamu dari dekat?"
"Kapan aku bisa menikmati aroma wewangianmu saat ku dekatkan wajahku di telingamu?"
Aku hanya menunduk lemah, tak berdaya untuk berucap
Lalu kau hanya tersenyum penuh harap

Aku tak pernah bisa menjawabnya dengan pasti
Yang bisa aku yakini, aku tak bisa menjawab setiap kapan yang kau tanyakan

Karena aku miliknya
Karena aku kekasihnya
Karena dia yang menuntunku
Karena dia lebih dekat memandangku
Karena dia yang selalu mengecup ujung telingaku
Karena ada dia, dan karena aku lebih dulu mengijinkannya tinggal di hatiku

Sedikit pun tak pernah terselip niat meninggalkannya
Meski pun aku tau, kau pun juga tak akan pernah melepaskanku

Kita hanya terjebak dalam cinta
Di lingkaran cinta yang tak memberi kita ujung, memberi kita akhir
Sekuat apa kau memeperjuangkanku, kau pun menyadari, aku miliknya

Cinta kita begitu membara saat itu
Saat putih abu-abu menemani keriangan kita
Tapi tak berani mulut mengucap, dan di sinilah kita sekarang
Berjarak walau hati begitu dekat, melekat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

coba lupakan kamu!

Suara sepatu yang aku pakai begitu jelas terdengar setiap kali menyentuh lantai. Telinga yang mendengar pasti tau aku sedang berlari. "Tha, dengerin aku dulu," begitu teriak Andre sambil terus berjalan dengan langkah yang cepat meski dia nggak berlari sepertiku. Aku nggak begitu menanggapi kata-katanya. Aku harus menghindar dari dia. "Sampe kapan mau lari? Sampe kapan kamu menghindar dari aku? Sampe kapan kamu mau berbohong sama nurani kamu? Sampe kapan, Tha," teriaknya lagi dan kali ini nggak ada langkah yang memburu. Aku berhenti dari lariku dan membalikkan badanku. "Apa mau kamu," begitu tanyaku dingin. Aku nggak lagi berlari menjauh dari dia tapi kali ini aku menghampiri dia. Mendekatkan jauh yang terbentang antara aku dan dia. "Setelah aku berhenti apa kamu yakin buat ninggalin dia? Apa kamu yakin aku mau ninggalin Aldo," lanjutku lagi masih tetap dingin. Aku merasa semua saraf di tubuhku telah mati. Saat tangan Andre menyentuh wajahku, bahk...

destiny

Hari ini aku disibukkan dengan persiapan acara pernikahan salah satu klien. Yang kebetulan menggunakan jasa event organizer yang aku kelola bersama beberapa teman jaman kuliah. Awalnya memang banyak rintangan. Tetapi berjalannya waktu, semakin banyak saja klien yang mempercayakan acaranya pada jasa kita yang berlabel Little Break Event Organizer. Klien yang dihadapi pun beragam. Ada yang manut manggut-manggut dengan ide yang kita tawarkan. Ada yang datang membawa rancangan konsep. Ada juga yang menyebalkan seperti klienku sekarang. Kemarin bilang bunga mawar merah. Hari ini minta ganti anggrek bulan warna ungu. Kemarin minta round table , sekarang mau ganti standing party . Memang menyebalkan. Tapi itulah pekerjaan kita. Melayani klien. Dan untuk itulah kita dibayar. Setelah melayani pasangan yang bawel. Aku memilih untuk keluar kantor dan mulai menghisap rokok. Ngobrol bareng Pak Mien. Sopir yang sudah bekerja di kantor kita selama tiga tahun terakhir. Kita tak pernah membangun s...