Langsung ke konten utama

bukan di Januari

aku kira, kita bisa lebih lama dari ini
berdua meski tak selalu bisa bersama

bukankah sudah sejauh revolusi bumi
perasaan kita disepadankan
asa kita berkejaran

dan malam itu begitu kelabu
tangisku yang tak ingin melepasmu
meluluhkan hatimu untuk tetap bertahan

dan malam yang lain datang dengan kelabu
sudah tak sederas deraian airmataku yang dulu
tapi "aku baik - baik, saja"-ku, membuat kau ingin tetap menggenggamku

separuh putaran bumi berlalu setelah malam kelabu kedua
yang dipaksakan tak akan pernah bisa dipaksakan

malam kelabu yang begitu sendu
dua malam yang lalu
asa kita yang dulu membara, menyala terang
bukan saja redup, tetapi padam

kau bisa bayangkan seberapa hancurnya perasaanku
ku kira tak perlu sejauh itu
kau sendiri juga merasakan bagaimana menjadi keping-keping yang remuk

entah karena tau semua pasti akan berakhir
atau karena aku telah berserah

aku menerima keputusanmu dengan senyum
dengan lapang yang tak pernah aku lakukan
dengan ikhlas yang meski pun sedikit, tapi menguatkan

dan inilah jawaban Tuhan atas doaku, dan (mungkin) doamu
bukan ingin saling melepaskan, tapi jika melepaskan adalah yang baik
kita hanya manusia

kita bertemu dan berencana atas kehendakNya
kita pun berpisah juga sekehendakNya
bukan karena pria atau wanita, bukan karena dua atau tiga

bukan di Januari kisah kita berakhir
di purnama ke tujuh 
di bulan kemenanganmu
aku menepati janjiku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Awal

Aku bukan ketiga dari rentangmu dengan dia Kau sendiri bukan pelarian dari kisahku yang berakhir Jika memang aku teman hidupmu Lantas mengapa berlama menautkan hati kita Mengapa harus bertemu dan berkasih dengan hati yang dulu Sedang kau begitu setia menjaga rasa Di antara raguku yang menyergap di awal Dengan sombong, ku cegah pedulimu meluluhkan angkuh Ku batasi rasa rinduku agar tak kerap wajah kita beradu Dan kau memenangkan segala kelebihanku Dengan menyapa kekuranganku penuh hangat Hai pria yang kini bersamaku Mari eratkan genggaman Karena kita tak pernah tau Kapan godaan dan ujian menghampiri Sekedar mampir atau ingin memporakporandakan Kepada teman hidupku yang tetap bertahan Terimakasih telah membuatku juga bertahan Kecup dan pelukku untukmu tertanda, Perempuan yang selalu menjadi teman tidurmu

bidadari

mengapa engkau pergi di mana engkau kini ke mana kami mencari peri kecil kami, telah menjadi bidadari tak terasa telah dewasa tapi jangan pernah pergi tinggalkan kami kembalilah bidadari kami engkau kuat, kami tau itu tapi tiada arti engkau sendiri pulanglah bidadari kami menanti di setiap detik berganti buat adekku, etta

sayang tak selalu (ber)sama

"Apa kamu sudah membahagiakan aku selama aku bersamamu. Dari kita kenal, kita pacaran, sampe kita nikah. Dan sekarang kita punya anak ? Apa kamu uda pernah ngebahagiain aku ? Apa kamu ngrasa aku uda bahagia sama kamu ?"            . . . . . hening "Orang di luar sana boleh berpikir aku bahagia sama kamu. Tapi kenyataannya kamu gak pernah sedikit pun bikin aku bahagia. Tau kenapa ? Karena kamu cuma berpikir kamu udah bahagiain aku. Karena kamu merasa, kamu udah buat aku bahagia. Padahal apa ? Nothing ! NOTHING !!"      . . . . . . . hening " Kamu gak pernah nglakuin apa-apa buat aku. Waktu aku merasa sendiri. Waktu aku ada masalah. Apa kamu tau aku ada masalah ? Apa kamu tau aku kesepian? Apa kamu tau sikapku berubah ? Kamu sibuk dengan pekerjaan kamu. Kamu sibuk memikirkan promosi untuk kenaikan jabatan kamu. Kamu sibuk mencarikan materi buat aku. Aku gak cuma butuh materi ! Aku mau nikah sama kamu, bukan mau mater...