Aku berjalan dengan santai dari tempat aku memarkirkan motor sampai masuk kantor. Masih sepi. Setelah menempelkan jempol di alat yang menempel di dinding dekat ruang resepsionis, aku duduk di sofa ruang tamu. Mengambil gadget yang ada di tas lalu mulai mengusap layarnya. Membalas beberapa pesan di BBM , Line , dan Whatsapp . “Hai, Ra. Pagi amat sampe kantor,” sapa Aril yang pagi ini terlihat rapi dengan kemeja warna coklat muda, sambil absen. “Yoi,” balasku singkat, sesaat melihatnya lalu kembali ke layar gadget . “Mau bareng,” tanya Aril yang sudah berdiri di depanku. Aroma parfumnya membuat darahku berdesir. Wangi laut. “Boleh deh.” Aku berdiri setelah menyimpan gadget di tas. Dan sebaiknya aku menyiapkan mental untuk berjalan bersama Aril. Apalagi hanya berdua. Bukan sekedar isu murahan lagi, Aril dan aku pernah terlibat cinta. Cinta yang hanya disimpan. Tanpa pernah diungkapkan. Cinta yang berawal dari nyaman. Lalu mengubah yang biasa menjadi perhatian. Dari pert...
mengungkap rasa lewat kata